Minggu, 29 November 2015

teori serat tanaman noken



BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A.    Landasan Teori
1.        Sejarah Noken
Istilah noken bukan baru mengenal dan mengetahui sebagai identitas budaya hidup, tetapi  noken sudah ada sejak manusia papua ada di bumi Papua. Leluhur nenek moyang dari berbagai suku bangsa papua sudah mahir dalam merajut dan menganyam pada waktu senggang. Oleh sebab itu, noken sudah menyatu  bersama masyarakat dalam suku bangsa papua. Nama Noken diambil dari nama daerah dari suku Biak yaitu Inokson / Inoken.
Nama noken dalam suku bangsa papua memiliki berbagai nama menurut bahasa daerah masing-masing suku Papua yang ada. Demikian juga dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Noken. Berikut tabel Nama Daerah dari beberapa Suku (Cermin Noken Papua, 2011:32).
Tabel 1. Sebutan Nama Noken Dari beberapa Suku di Papua
No
Nama lain Noken menurut bahasa Daerah Suku
Nama suku bangsa
1
Su
Hugulu
2
Jum
Dani
3
Sum
Yali
4
Inokson / Inoken
Biak
5
Agiya
Mee
6
Ese
Asmat
7
Dump 
Irarutu
8
Rota /Kaketa
Serui
9
Kangke /Holoboi
Sentani
10
Yu /Yuta
Maybrat
11
Yuu
Ayamaru
12
Qya Qsi/ Queri
Tehit
13
Kwok
Moi
14
Naya
Moli
15
Kema Ombo
Moni
16
Singanik
Nduga
Tabel Nama Noken, Tim Nominasi Noken/2011
Dalam buku “ Cermin Noken Papua” kata sambutan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik (2012)  mengatakan bahwa,  Noken merupakan identitas budaya dalam unsur-unsur kebudayaan Papua dan dalam noken terdapat berbagai aspek nilai seperti nilai filosofi hidup, nilai sosiologis, nilai antropologis dan nilai normatif hidup serta nilai psikologis batin. Berikut akan dijelaskan makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
a.    Pemaknaan Noken dari aspek Naturalis
Pemaknaan naturalis merupakan cara mengenal dan memahami untuk menggambarkan keadaan alam sekitarnya. Berikut ini penulis mendeskripsikan dalam bentuk tabel pemaknaan naturalis dari masyarakat Meepago.
Tabel 2.Pemaknaan Noken dari Aspek Naturalis.
Nama Komunitas Noken
Hiasan Naturalis


Noken Orang Meepago
1.       Menggantung ekor hewan peliharaan di ujung noken kaum pria tanpa batas usia sebagai simbol kesejatian kaum pria.
2.       Tali pusar anak yang baru lahir digantung dimulut noken ibunya atau neneknya agar anak bertumbuh sehat.
3.       Dihiasi dengan anggrek.
4.       Memberikan pewarna alami yang digosok pada pintalan benang sebelun merajut menjadi noken jaring.
(Sumber: Buku Noken Papua)
b.   Pemaknaan Noken dari Sosiologis
Makna Sosiologis dalam kehidupan sehari-hari orang Papua adalah noken tidak sebatas merajin, membawa, dan memfungsikan begitu saja tetapi masyarakat Papua khususnya masyarakat Meepago melalui noken membentuk kasih sayang antara sesama dan membagi kepada sesama manusia lain ketika orang lain membutuhkan apa yang ada di dalam noken. Dalam hal ini, membagi bukan hanya berupa barang-barang yang ada di dalam noken saja, tetapi lebih dari itu adalah membagi pikiran, membagi arahan, motivasi, dan solusi bagaimana menghadapi kehidupan yang ada.
Sementara itu, kasih sayang dan saling membagi yang diyakini dalam noken sebagai makna sosiologisnya adalah bagaimana noken dibawah dan dijadikan sebagai pembawa damai ketika antara manusia yang satu dengan yang lain atau antara suku yang satu dengan suku yang lain terjadi konflik. Disitulah noken hadir dalam makna sosiologis mendamaikan antara manusia dalam kehidupan berbangsa.
Berikut ini penulis akan menuliskan dalam tabel antara nama komunitas dan kontak sosiologisnya.
Tabel 3. Pemaknaan Noken dari kontak Sosiologisnya
Nama Komunitas Noken
Kontak sosiologis





Noken Orang Meepago
1.          Noken sosial dapat mendamaikan masalah karena segala barang berharga yang sudah diisi di dalam noken itulah yang akan menyelesaikan konflik. Noken tersebut berukuran besar atau yang dikenal dengan bahasa Mee “Agiha Ebe kigii” artinya, membuka noken untuk menyumbang barang-barang berharga maupun uang demi menyelesaikan masalah.
2.          Kontak sosial noken anggrek digunakan hanya orang pria dewasa yang sudah menduduki posisi kaya akan harta benda (Tonowi) zaman dahulu dalam komunitasnya.
3.          Kontak sosial noken komunal umum yang bisa dibuat oleh siapa saja digunakan oleh anak-anak dan perempuan.
4.          Noken kecil sebagai dompet asli yang dikenal masyarakat adatnya dan memiliki tujuan hidup damai, aman, dan sejahtera dalm komunitasnya.
(Sumber :Buku Noken Papua)
c.    Pemaknaan Noken dalam Kontak Antropologis
Kontak Antropologi Noken adalah barang  apapun  yang ada dalam noken adalah hak pemilik yang mengisi dan menyimpan barang dalam noken dan terus mengikatkan  diri  sesama yang lain  dengan membagikan barang yang ada dalam noken.
Berikut adalah Nama komunitas dan kontak Antropologis.
Tabel 4. Pemaknaan Antropologis
a.     Telah terbentuk kontak batin diantara sesama manusia baik masyarakat asli Papua dan bukan asli masyarakat Papua.
b.     Noken satukan harapan hidup masyarakat asli dan bukan asli papua yang datang hidup di papua secara harmonis atas kesadaran dirinya bahwa sudah menjadi bagian dari komunitas noken papuani.
c.     Noken memproteksi langkah hidup masyarakat noken agar berantropologis, melalui gagasan, adat, budaya, dan nilai, norma hukum adat di tanah Papua.
d.     Noken menyadarkan sikap saling menghargai hidup kepada berbagai pihak ketika mengakui nilai-nilai budaya “noken itu”.
1.     Noken dapat dinilai dan diakui menjadi kontak ikatan batin antar sesama manusia dari satu pribadi kepada pribadi yang lain atau sesamanya.
2.     Dari segala barang yang ada dalam noken dan diketahui hanya oleh pemilik noken tersebut namun pengguna noken menyadari ketika pihak lain membutuhkannya maka akan memberikannya.
3.     Ikatan antara manusia baik kenalan atau membangun relasasi baru atas barang yang akan diberikan saat membutuhkan. Dan dengan manfaat itulah noken dimanfaatkan sebagai fungsi ikatan batin yang terus dialami untuk ketahanan hidup dalam kehidupan berdamping, kekeluargaan dan persatuan yang dirajut antar pribadi yang sudah kenal maupun tidak kenal.
(Sumber:  Buku Noken Papua)
d.     Pemaknaan Noken dari Aspek Filosofis
Pemaknaan filosofis noken merupakan proses untuk dapat membahas kembali atas kemahiran kerajinan tangan perajin dan diinspirasikan pentingnya budaya noken kedepan dan  telah memberi arti dan makna hidup bagi manusia sebagai komunitas noken yang sedang memihak pada budaya noken itu sendiri.
Berikut ini penulis akan menuliskan dalam tabel antara nama komunitas dan kontak filosofis.
Tabel 5. Pemaknaan Filosofis
Nama Komunitas Noken
Makna Filosofi

Noken telah dimiliki hampir semua komunitas noken suku bangsa di Papua. Mereka mengenal dan memiliki noken zaman leluhurnya tetapi kemahiran kerajinan tangan akan baik dari keunikan dan kekhasan noken mulai pudar dari makna filosofis menurut komunitas suku bangsanya.
1. Jika bukan noken, tidak mengenal mata budayanya.
2.Jika bukan  noken, tidak dibesarkan berbagai pribadinya.
3.Jika bukan  noken, tidak memandirikan dalam hidupnya.
4.Jika bukan noken, tidak melahirkan sikap membagi dalam hidupannya.
5. Jika bukan noken, tidak menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
6.Jika bukan  noken, tidak membelenggu alam pikir bebas.
7.Jika bukan noken, tidak mengenal perlindungan tubuhnya.
8.Jika bukan  noken, tidak melengket pada diri penggunanya.
9.Jika bukan noken, tidak menyimpan barangnya.
                                                                                (Sumber: Buku Noken Papua)


e.    Pemakanaan Noken Normatif
Memaknai noken dalam normatif merupakan salah satu cara bernorma hidup karena  bertolak  dari  diri manusia itu sendiri.  Norma  adalah  irama hidup yang kadang mendesak  pribadi secara tepat  maupun tidak tepat  ketika dihadapkan dalam melakukan suatu hal baik positif atau negatif. Norma telah terikat atas dirinya sebagai kendali melakukan berbagai aktivitas individu dan terhadap pribadi sesamanya baik bersifat positif  maupun  bersifat  negatif. Misalnya noken diisi barang yang dapat mencelakakan sesamanya.
Berikut ini penulis akan menuliskan dalam tabel antara nama komunitas dan kontak Normatif.
Tabel 6. Pemaknaan Normatif
Nama komunitas noken
Makna normative


semua suku bangsa yang taat akan norma-norma yang melekat sesuai penghayatan dan pemaknaan nokennya, menurut kreatif suku bangsanya.
1.     Noken mengatur irama hidup saat makan dan kerja
2.     Noken memerintah tidak boleh memiliki barang orang lain
3.     Noken mengajak membagi apa yang diisi di dalam noken.
4.     Noken mendidik sikap kemahiran dan kasih dalam kehidupannya
5.     Noken mengajak untuk tetap menyimpan, mengisi, dan membawa barang yang baik dan hidup
6.     Noken melatih diri sebagai orang jujur, pembawa damai dan noken melatih manusia menjadi pembawah kebenaran
7.     Noken mendirikan alam pikir bagi penggunanya
8.     Noken menyimpan semua yang baik dalam hidupnya
(Sumber: Buku Noken Papua)

f.      Pemaknaan Noken dalam Aspek Psikologis
Memaknai noken dalam psikologis, pada dasarnya noken adalah mata budaya yang melekat pada Manusia Papua dan noken telah membentuk karakter manusia kepapuaan yang pada akhirnya menunjukan jati diri sebagai orang papua yang benar-benar orang berbudaya di mata dunia.
Berikut ini penulis akan menuliskan dalam tabel antara Nama Komunitas dan Kontak Psikologis.
Tabel 7. Pemaknaan Psikologis
Nama Komunitas Noken
Makna Psikologis
Merupakan ikatan batin setiap diri manusia dengan kejiwaan antar manusia noken secara alami guna memupuk kebersamaan dengan mengedepankan kontak batin dalam interaksi keterkaitan batiniah dari pribadi yang satu kepada manusia yang lain, menjadi serasa, sepikir, dan setindak.
1.     Noken selalu memampukan manusia noken ketika mengisi, menyimpan, dan membawa barangnya
2.     Noken melatih mendewasakan diri dan melatih kejiwaan manusia noken
3.     Noken menjaga, memelihara dan membagi serta menjiwai ikatan melalui hasil isiannya di dalam noken.
4.     Noken membentuk mentalitas dirinya menjadi satu-kesatuan dalam keterkaitan dari segala barang bawaan dalam nokennya
5.     Noken menjiwai dan menyatuhkan antara pribadi menjadi pacaran yang sehati dan sejiwa
6.     Noken menjatuhkan dan menjiwai antara pribadi suami dan istri pada kelaknya.
                                                                                                             (Sumber : Buku Noken Papua)
Penulis buku “ Cermin Noken Papua, Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani” Titus Pekei (2012), menuliskan dalam bukunya; cermin noken papua berarti cermin cara rajut dan anyam noken. Perajin noken mengekspresikan diri melalui kemahiran dirinya yang hendak perajin merajut/menganyam melalui tangannya itu. Melihat kedalam alam pikir, alam sikap, dan  alam tindak manusia  Papua.  Cermin Noken Papua menjadi  identitas jati diri masyarakat  pemilik noken itu sendiri baik perorangan maupun komunitas noken menurut adat suku bangsanya masing-masing.
Cermin Noken Papua bukan berarti melihat noken di cermin tetapi bercermin noken dalam sikap, tindakan, ungkapan, alam pikir untuk memperkaya dalam kemahiran tradisi budaya anyam noken. Karena noken adalah hasil kerajinan atau anyaman tangan Masyarakat Papua yang bahan-bahannya dari alam papua dan noken memiliki nilai hidup dalam unsur-unsur budaya, maka Titus Pekei Anggota “Tim Nominasi Noken” berpandangan bahwa “Noken Tetap Noken” artinya, noken dan tas/kantong itu tidak sama. Noken tetap noken dan tas tetap tas karena noken hasil anyaman tangan manusia, sedangkan tas hasil produksi pabrik.
Tanpa ada unsur desakan dari pihak lain, nama noken tetap noken tanpa disamakan dengan tempat isi lainnya seperti tas dan kantong yang diproduksikan dari pabrik. Semua jenis kantong atau tas moderen itu buatan industri tekstil atau pabrik tas. Sedangkkan noken dibuat dengan bahan alam yang juga disebut alami sesuai kemahiran perajin sebagai kerajinan tangan masyarakat adat Papua yang diwariskan sejak jaman dahulu kala oleh nenek moyang bangsa Papua.




2.        Hakikat Kualitas Noken sebagai Produk
a.    Pengertian Noken
Titus Pekei (2012), salah satu anggota Tim Nominasi Noken Papua dalam bukunya “Cermin Noken Papua, Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani” menjelaskan dan memperkenalkan kepada Masyarakat Perajin Noken Papua sekaligus mendekatkan pemahaman bersama dalam beberapa poin seperti diantaranya:
1)        Noken  adalah kerajinan tangan dari hampir semua suku bangsa di Papua yang  diwariskan sebagai  unsur  budaya papua yang menjamin kelangsungan hidup untuk mengisi, menyimpan, dan membawa barang untuk menggenapi kehidupan sehari-hari.
2)        Noken adalah tempat  mengisi dan menyimpan semua barang  di dalam tempat rajutan dan anyaman tangan yang dimanfaatkan pengguna secara aman.
3)        Noken adalah kerajinan tangan Masyarakat Hukum Adat Tanah Papua yang sudah Bernorma,  Beradat,  Berbudaya, dan Beretika dari masa leluhur sampai sekarang hingga selanjutnya.
4)        Noken adalah tempat yang dirajut dan dianyam dari serat pohon kulit
kayu atau daun yang kadang diwarnai dan diberi berbagai perhiasan termasuk pewarna demi menggenapi kepuasaan batin perajin dan terutama penggemar noken.
Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa noken adalah daya cipta, rasa, dan karsa yang dimiliki manusia berbudaya dan beradat. Noken adalah hasil kerajinan tangan yang  memanfaatkan lingkungan alam sebagai  acuan bahan inputnya dan hasil outputnya untuk berbagai keperluan hidup manusia. Masyarakat Papua juga mengenal  “Noken”  sebagai tempat mengisi, menyimpan  dan  membawa  barang dan merupakan hasil kerajinan tangan Masyarakat Papua.
Masyarakat  Papua  khususnya di wilayah Adat Meepago daerah Provinsi Papua juga memfungsikan  noken sebagai  tempat mengisi,  menyimpan dan membawa barang dan merupakan hasil kerajinan tangan masyarakat. Titus Pekei (2012) sebagai anggota Tim Nominasi Noken Papua berupaya mengangkat tujuan noken yang  masih  terpendam  dalam  budaya-budaya  papua hingga kemudian dia mencoba menemukan kenapa sampai harus mencapai pada tujuannya sebagai berikut:
“Proses bercermin noken dapat diawali dari pengenalan bahan baku noken. Proses sebelum membuat noken diawali dengan penglihatan, penghayatan, hingga pengolahan bahan baku alami pun terencana dan terukur sesuai target-targetnya. Menurut kemahiran atas kemampuan diri perajin noken yang telah dan akan bertumpuan pada kearifan suku-suku bangsa di tanah papua. Merupakan sikap keberpihakan dan kepatuhan atas apa yang mereka miliki tetapi menurut dasar pemikiran guna memperkaya kemahiran dirinya demi penguatan komunitas suku bangsanya(Titus pekei, 2013:32).
Sebetulnya pendapat di atas ini adalah bagian dari pemahaman memperkaya cara mengelolah alam pikir, alam sikap dan alam tindak manusia noken sebelum menghasilkan noken secara utuh. Bagaimana cara merajut dan kapan menganyam noken adalah tergantung jenis noken dengan model antara besar atau kecil. Namun dapat  diyakini dan menjadi kenyataan  hidup bahwa  apapun bentuk  nokennya  musti sebagai penggguna noken mengenal dan menghayati secara mendalam sebab tentu saja noken yang dikatakan budaya warisan mempunyai nilai. Dalam hal ini penulis buku “ Cermin Noken Papua, Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani”, Titus Pekei(2012)  menarik penegasan sikap bahwa
 kemahiran rajut/anyam noken bahan baku menjadi potensi alam pikir manusia di tanah Papua. Alam pikir manusia itu dapat mengelolah segala bahan baku karena sudah terbentuk alami dan didorong menjadi kemampuan pribadi perajut atau penganyam noken hingga menghasilkan noken yang utuh dan sempurna. Manusia mulai bercermin dan mengenal secara utuh dan menjadi bagian dari ikatan kearifan lokal dalam penghayatan diri secara tepat, teratur, dan terukur menurut kemampuan perajin karena mereka selalu bercermin noken dari alam pikir dan proses pembuatan menggunakan tangan sebagai proses kerja alam pikir manusia perajin diatas Tanah Papua” (Titus pekei, 2013: 35).
Dari penjelasan diatas tentang memahami noken sebagai budaya bernilai itu maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa, sebagai  perajin dan pengguna noken harus mengenal apa itu noken, bagaimana mempersiapkan bahan baku dan bagaimana cara merajut  menjadi sebuah noken yang unik serta benar-benar mengenal bagaimana cara menggunakan sebagai nilai sosiologis, filosofis, antropologis, ekonomis dan juga mengenal noken dalam nilai religiusnya.


b.    Fungsi Noken
Perajin noken pandai menganyam dan merajut noken menurut keterikatan sosial budaya dan akhirnya masyarakat memfungsikan noken sebagai
1)        Mengisi barang sesuai keperluan dari penggunanya
2)        Menyimpan barang menurut ukuran dan bentuknya
3)        Membawa barang sesuai daya tampung dan kapasitanya
4)        Membagi barang hasil isi dalam noken itu sendiri
5)        Mengatasi masalah hidup dari dalam noken sendiri
6)        Membantu sesama dari hasil isian noken sendiri
Beberapa hal di atas, dapat disesuaikan menurut manfaat kegunaan noken menurut ukurannya. Pengguna sudah pahami dan mengerti harus masukan barang apa dalam noken tersebut. Dengan istilah lain digunakan sesuai kebutuhan pengguna noken rajut atau anyam. Pada akhirnya, noken akan dibawa kemanapun pengguna pergi atau datang.
Elastisitas noken pun akan menjamin untuk mengisi segalah kebutuhan hidup, misalnya noken besar akan mengisi banyak barang dan mudah memuat barang di dalamnya, sedangkan noken kecil atau noken ketat akan mengisi barang sesuai kapasitas noken. Pengguna akan mengatasi masalah kehidupan sehari-hari mau pun bekal hidup yang akan digunakan pada saat tepat  nantinya,  seperti makanan, buku tulis,  rokok,  sirih  pinang dan lainnya  (Cermin Noken Papua, 2012).
c.     Manfaat Noken
Manfaat noken akan berfungsi melalui segala barang yang sudah menaruh perhatian dan kepercayaan dirinya. Barang bawaan selalu aman dalam noken dan tidak menutup kemungkinan akan membagi, membantu pada saat sesamanya membutuhkan.
1)      Manfaat noken tidak bisa dibatasi hanya karena barang bawaanya, karena
dapat membagi kepada sesamanya.
2)      Manfaat noken tidak bisa memisahkan dalam mempererat relasi pertemanan baik teman lama maupun teman baru.
3)      Manfaat noken digunakan untuk menyimpan mengisi barang sesuai kebutuhan sehari-hari atas barang yang sudah ada dalam noken tetap terawat aman dan harus lengket pada dirinya.
4)      Manfaat noken lainnya adalah mempererat hubungan yang retak maupun stabil agar terjalin baik kembali.
5)      Manfaat noken bukan sekedar memiliki unsur budaya noken saja tetapi yang lebih terpenting  terus  mewariskan unsur budaya sebagai mata budaya yang sudah menjadi tradisi hidup bersama pada Perajin Noken alami tersebut.
6)      Puncak manfaat noken dapat digunakan pada saat mengatasi masalah kebutuhan hidup sehari-hari.
7)      Manfaat noken diperankan dalam kehidupan sehari-harinya baik tidak mengisi  barang  berharga  atau mengisi barang berharga seperti harta benda bernilai dalam komunitasnya.
Berdasarkan  beberapa manfaat budaya noken di atas, tanpa menilai hal biasa yang sekedar biasa, tetapi sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari bagi penggemar noken terutama pengguna   noken dalam pentingnya tempat mengisi atau menyimpan dewasa ini (Cermin Noken Papua 2012).
d.    Pengertian Kualitas Produk
kualitas adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten, sedangkan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan di masyarakat untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas  yang dibutuhkan serta daya beli masyarakat. Produk adalah sekumpulan atribut yang nyata di dalamnya tercakup oleh warna, harga, kemasan, plastik, pengecer dan pelayanan dari hasil kerajinan serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya (Wiliam. J dalam Juliadi, 2003).
Kualitas  produk  adalah mencerminkan kemampuan produk untuk menjalankan tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan atau kemajuan, kekuatan, kemudahan  dalam  pengemasan dan  reparasi  produk dan ciri-ciri lainnya ( Kotler dan Amstrong ). Kualitas produk adalah kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.
e.    Tujuan Kualitas Produk
1)  Mengusahakan agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang telah ditetapkan.
2)  Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3)  Mengusahakan agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil mungkin.
3.        Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk
Dalam hal mutuh suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan kadang mengalami keragaman. Hal itu disebabkan mutuh suatu produk itu dipengaruhui oleh beberapa faktor, dimana faktor-faktor tersebut antara lain (Wiliam. J Stanton, 2002) :


a.        Manusia
Peranan manusia  atau karyawan yang bertugas dalam perusahaan sangat mempegaruhi secara langsung terhadap baik buruknya mutu dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.  Maka aspek manusia perlu mendapat perhatian yang cukup. Perhatian tersebut dengan mengadakan latihan-latihan, memberi motivasi, memberian jamsostek, kesejahteraan dan lain-lain.
b.        Manajemen
Tanggung jawab atas mutu produk dalam perusahaan dibebankan kepada beberapa kelompok yang biasa disebut dengan Function Grup. Dalam hal ini pemimpin harus melakukan koordinasi yang baik antara function grup dengan bagian-bagian lainnya dalam perusahaan tersebut. Dengan adanya koordinasi tersebut maka dapat tercapai suasana kerja yang baik dan harmonis, serta menghindarkan adanya kekacauan dalam pekerjaan. Keadaan ini memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan mutu serta meningkatkan mutu dari produk yang dihasilkan.
1)   Uang
Perusahaan harus menyediakan uang yang cukup untuk mempertahankan atau meningkatkan mutu produksinya.
2)   Bahan Baku
Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan akan mempengaruhi terhadap mutu produk yang dhasilkan suatu perusahaan. Untuk itu pengendalian mutu bahan baku menjadi hal yang sangat penting dalam hal bahan baku. Perusahaan harus memperhatikan beberapa hal antara lain: seleksi sumber dari bahan baku, pemeriksaan dokumen pembelian, pemeriksaaan  penerimaan bahan baku, serta penyimpanan. Hal-hal tersebut harus dilakukan  dengan baik sehingga kemungkinan bahan baku yang akan digunakan untuk proses produksi berkualitas rendah dapat ditekan sekecil mungkin.
4.        Ekologi Alam Papua dan Masyarakat Noken Papua
Secara geografis ekologis alam Papua dilihat dari tata letak alami, memiliki karasteristik seperti yang dikutip dalam buku “Cermin Noken Papua, perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani bahwa :
a.    Tanah  papua  memiliki  luas wilayah  sebesar 644.981 km2, terdiri  atas  421.981 km2  daratan  dan  228.000 km2 wilayah laut atau hampir 50% dari total luasnya. Penduduk papua yang heterogen dan bervariasi berjumlah sekitar 2.233.530 jiwa (data tahun 2013). Tanah papua yang berlimpah ruah kekayaannya, kehidupan flora dan fauna yang spesifik, jenis bahan baku pohon dan tumbuhan sehingga memiliki daya tarik sendiri.
b.    Batas Wilayah Tanah Papua
1)        Bagian barat berbatasan dengan laut Arafuru dan Selat Seram, Provinsi Maluku, Maluku Utara.
2)        Bagian utara berbatasan dengan samudera pasifik (laut bebas) dan Negara palau.
3)        Bagian selatan berbatasan dengan selat Torres yang masuk dalam wilayah Australia, serta PNG.
4)        Bagian timur berbatasan langsng dengan Negara Papua New Guinea “PNG”, dikenal Pulau Papua bagian timur.
c.    Daratan Tanah Papua, berada di ujung nusantara dengan posisi pada 0 derajat 19’-45’ lintang selatan, dan 130 derajat 45’-141’ derajat 48’ Bujur Timur. Wilayah Papua membentang dari batas ke timur sejauh kurang lebih 1.200 km (dari Sorong hingga Jayapura) dan sekitar 736 km dari utara ke selatan (dari Jayapura sampai Merauke).
Ekologis Alam Papua memiliki iklim hutan hujan tropis atau tropical rain forest di mana   pembagian musim hujan dan kemarau  karena pada musim kemarau pun curah hujan tetap tinggi.  Di bagian pantai selatan Papua dipengaruhi oleh angin musom tenggara yang kering, bertiup dari bulan mei hingga November. Sedangkan angin musom barat  laut yang tertiup antara bulan desember dan april mempengaruhi bagian utara Papua.
 Penduduk Orang Asli Papua adalah runpun malanesia yang merupakan penghuni tunggal di pulau Papua karena sudah bermukim dari masa ke masa hingga kini dan akan tetap bermukim sebagai pewaris Bangsa Papua di atas tanah leluhurnya. Tergolong dalam sekelompok pulau yang berada timur laut Australia, terdiri dari Kepulauan bismark, Solomon, santa Cruz, Vanuatu, Fiji, Lusiade, dan New Caledonia.  Ini  adalah pulau-pulau yang  sama Rumpun  Malanesia yang memiliki ciri-ciri, berkulit hitam, berambut keriting,  muka bulat,  hidung tinggi serta lebar dan sering melengkung.
Hutan Papua dimanfaatkan untuk mencari dan mendapatkan makanan, mengambil kayu bakar,  mengambil kayu untuk bangunan, hutan dimanfaatkan untuk berburu  bahkan  makanan  atau  kebutuhan pokok lainnya  disiapkan  oleh  alam papua dan tinggal mengambil untuk menikmati dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga  dalam anyaman Noken Papua. Masyarakat Asli Papua masuk dalam hutan untuk ambil bahan-bahan yang akan digunakan dalam membuat atau menganyam Noken Papua, serat pohon, rumput rawa, anggrek dan lainnya. Alam Papua memberikan jaminan  dalam  membuat noken Papua dalam penuh perhiasan dan model yang berbeda pula.
Dalam bukunya, Titus Pekei (2012), Alam Tanah Papua adalah rumah makluk hidup secara ekologis, baik penghuni flora,  fauna,  manusia  dan segala isi alam sekitar lainnya. Salah satu hal yang dilihat dengan jelas adalah tentang Noken dan Masyarakat Papua. Bahan-bahan yang diambil untuk membuat noken tidak jauh dari alam Papua. Masyarkat memanfaatkan alamnya dalam merajut Noken Papua yang kemudian noken mengandung multi fungsi dalam kehidupan bersosial dengan masyarakat Non Papua atau masyarakat pendatang dari luar penduduk asli Papua.
Dari ulasan tentang ekologi alam Papua dan Masyarakat Noken Papua maka dapat menarik  benang  merah  bahwa  alam papua menyediakan  bahan-bahan  mentah untuk bisa diambil, diolah, dan dijadikan sebagai Noken Papua berdasarkan nilai-nilai sosial, ekonomi, filosofi, religius dan nilai budaya di mata dunia. Noken dinilai, dihargai dan diakui identitas budaya dengan cara pandang pihak lain yang seakan-akan tidak berbudaya, bernilai, berkarakter, apabila menghayati identitas, artibut dan jati diri pengguna menurut kearifan lokal secara Papuani.
5.        Kemahiran Budaya Noken
Membuat noken membutuhkan proses yang sangat detail dan kompleksitas. Noken tidak langsung anyam dan dijadikan sebagai noken yang berguna dalam segala hal kehidupan manusia, namun membuat noken dimulai dengan bagaimana orang Papua mengenal bahan baku alami konversional tangan secara manual. Mengenal bahan baku alami adalah cara proses menjadi benang pintal yang siap untuk dianyam menjadi sebuah noken Papuani.
Sekalipun mengakui dirinya orang noken “Orang Papua”, tetapi tanpa melalui proses alami secara  konversional sulit mengenal dan sama saja buta terhadap tradisi merajut dan menganyam noken sekalipun dia orang papua yang berasal dari noken. Sebelum anyam menjadi noken, orang Papua sudah berpikir matang atas noken yang kemudian akan dihasilkan sesuai dengan kemahiran alam pikir dan alam tindak pengrajinnya.
Pada  saat proses pembuatan  noken, kadang-kadang menggunakan warna alami diatas pintal serat pohon, kulit kayu yang sudah diguling atau siap dipakai. Dalam proses mewarnai tergantung perajinnya sendiri. Artinya, mau pilih warna seperti apa tergantung pada orang yang  akan anyam noken tersebut.
Itulah artinya bahwa noken bercermin diri sesuai dengan kemahiran yang dimilikinya.  Melalui noken manusia kembali bercermin atas  alam pikir, alam tindakan dan alam kreasi yang dimilikinya.  Ada noken yang memang pantas diberikan warna anggrek dan ada noken yang memang tidak pantas untuk diberikan warna anggrek.
Perajin noken telah mengenal petingnya noken menurt dimensi waktu dari masa ke masa. Perajin mengenal kapan dan dimana noken bisa dianyam. Orang Papua anyam noken tidak serta-merta di dalam berbagai tempat, mereka merajin noken pada waktu-waktu yang tepat  yang tidak menggangu aktivitas orang lain. Noken  tidak  bisa  dianyam di kebun,  di pasar,  dan  noken tidak bisa dianyam dalam rapat-rapat resmi. Namun, orang Papua benar-benar memilih waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan anyaman tersebut

6.        Bahan Kulit Kayu Damiho (Anthocephalus cadamba)
Gambar 1. Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba);
( foto, Ida kuayo. Papua)
a.         Klasifikasi dan Tata Nama Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba )
Kingdom
:
Plantae
Subkingdom
:
Tracheobionta
Superdivisio
:
Spermatophyta
Divisi
:
Magnoliophyta
Kelas
:
Magnoliopsida
Subkelas
:
Asteridae
Ordo
:
Rubiales
Famili
:
Rubiaceae
Genus
:
Anthocephalus
Spesies
:
Anthocephalus cadamba 
b.         Morfologi Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba)
Damiho adalah pohon berukuran besar dengan tinggi yang pernah diketemukan hingga mencapai 45 m, batang bundar (silindris) dan tegak lurus, memiliki diameter batang 100 – 160 cm namun umumnya lebih kecil, bertajuk tinggi dengan cabang mendatar, berbanir sampai ketinggian 1.50 m, kulit luar berwarna kelabu cokelat sampai cokelat, sedikit beralur dangkal.
Daun – daun berukuran panjang 13 – 32 cm dan lebar 7 – 15 cm, ujung daun runcing hingga meruncing, memiliki tangkai daun yang jelas berukuran 2.5 – 6 cm,  kepala bunga (flower heads) memiliki lebar 3 – 5 cm. Damiho akan mulai berbunga pada umur 4 tahun.
Batang tanaman Damiho berbentuk silindris yang tumbuh lurus meninggi tanpa cabang permanen, sifat ini justru menguntungkan dalam pemeliharaan  karena tidak membutuhkan pemangkasan dan batangnya mulus tidak bermata. Kulit kayu Damiho dikatakan berserat lurus karena arah serat orientasi longitudinal Sel-sel dominan dengan penyusun kulit kayu terhadap sumbu batang. Sebaliknya apabila orientasi sel-sel tersebut membentuk sudut terhadap sumbu batang, maka kayu dikatakan berserat miring.
Serat miring dapat dibedakan atas serat berpadu, serat terpilin, serat berombak dan serat diagonal. Pada umumnya kayu berserat lurus lebih banyak diminati oleh mama-mama papua yang memanfaatkan serat kulitnya sebagai bahan baku noken  (Tsoumis, 2007).
c.         Kandungan kimia pada serat kulit tanaman damiho (Anthocephalus cadamba )
Sifat  kimia adalah sifat kulit kayu yang dihubungkan dengan kandungan dan komposisi relatif senyawa kimia penyusun dinding sel kayu terutama selulosa, hemiselulosa, lignin, zat ekstraktif dan bahan anorganik lainnya (Bowyer et al. 2003). 
Hemiselulosa (Hemicelulose)  merupakan  konteks korbohidrat yang terdiri atas asam poliuronat bergabung dengan xilosa, glukosa, manosa dan arabinosa; ditemukan  bersama-sama  dengan  selulosa dan lignin dalam dinding sel tumbuhan. Kebanyakan gom dan lencir termasuk dalam kumpulan senyawa ini.
Selulosa (Cellulose)  merupakan  polisakarida  struktural  yang  tersusun atas unit glukosa  panjang  dan tidak  bercabang  yang  dirangkaikan melalui ikatan glikosida B (1à4).  Selulosa ditemukan dalam tumbuhan sebagai bahan pembentuk  dinding  sel.  Selulosa  merupakan senyawa organik alami yang paling banyak di temukan di bumi.  Dalam dunia tanaman,  selulosa merupakan komponen struktur dinding sel, bahkan terkadang merupakan kompnen utama  (abdul Hamid A.Toha, ensiklopedia biokimia dan biologi molekuler, 2010).
Selulosa tersusun atas unit-unit glukosa yang dihubungkan dengan ikatan glikosida beta (1à) Kemantapan ikatan hidrogen rantai-rantai cukup tinggi, sehingga apabila  rantai-rantai  selulosa tersusun secara pararel membentuk serabut selulosa,  serabut tersebut akan  menjadi  sangat  kuat dan tidak larut dalam air.  Pada dinding  sel  tanaman,  serabut selulosa tersusun menjadi berlapis-lapis dan diperkuat lagi oleh senyawa polisakarida lain, seperti hemiselulosa,  paktin dan lignin (abdul Hamid A.Toha, ensiklopedia biokimia dan biologi molekuler, 2010).
d.        Tempat Tumbuh dan Penyebaran Alamia
Tanaman Damiho  (Anthocephalus cadamba) merupakan  tanaman pioner  yang dapat tumbuh baik pada tanah-tanah aluvial yang lembab dan umumnya dijumpai di hutan sekunder di sepanjang  bantaran  sungai  dan daerah transisi antara daerah berawa, daerah yang  tergenang  air  secara  permanen maupun secara periodik. Beberapa tanaman  damiho terkadang juga ditemukan di hutan primer. Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba) tumbuh  baik  pada  berbagai  jenis  tanah,  terutama pada tanah-tanah  yang  subur dan  bererosi baik (Soerianegara dan Lemmens, 1994).
Kondisi lingkungan tempat tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman damiho adalah tanah  lempung,  Podsolik  cokelat, dan Aluvial  lembab yang  biasanya terpenuhi di daerah pinggir sungai, daerah peralihan antara tanah rawa, dan tanah kering yang kadang-kadang tergenangi air. Umumnya, damiho ditemukan di hutan sekunder dataran rendah dan dijumpai di dasar lembah, sepanjang sungai dan punggung-punggung  bukit (Mansur dan Tuheteru, 2010).
Tanaman damiho (Anthocephalus cadamba) juga dapat tumbuh dengan baik di tanah liat, tanah lempung Podsolik  coklat, tanah berbatu.  Damiho termasuk tanaman yang toleran terhadap tanah asam, tetapi pertumbuhannya menjadi kurang optimal bila ditanam pada lahan yang berdrainase jelek. Kondisi iklim tempat tumbuh yang sesuai untuk damiho adalah tipe iklim basah sampai kering (Mansur dan Tuheteru, 2010).
Damiho  juga  dapat  tumbuh secara  alami di lahan-lahan bekas tambang di Papua, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Barat yang memang kondisinya ekstrim, yaitu di tanah dengan pH yang rendah (pH = 4) dan tidak subur, terendam air serta kondisi lingkungan yang  sangat terbuka dengan suhu yang relatif tinggi. Kelebihan tanaman damiho itulah yang membuat damiho  potensial sebagai alternatif untuk dipilih sebagai bahan noken (Mansur dan Tuheteru, 2010).
Cahaya  merupakan  faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman damiho.  Pada habitat alaminya, suhu maksimum untuk pertumbuhan damiho berkisar 32–42 ˚C dan suhu minimum berkisar 3–15,5 ˚C. Tanaman damiho (Anthocephalus cadamba) tidak toleran terhadap cuaca  dingin,  rata-rata  curah hujan tahunan di habitat alaminya berkisar 1.500–5.000 mm.  Tanaman damiho (Anthocephalus cadamba) dapat pula tumbuh  pada daerah kering dengan curah hujan tahunan sedikitnya 200 mm, misalnya di papua.  Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba) tumbuh baik pada ketinggian 300–800 m di atas permukaan laut.












7.        Bahan Serat Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia LAMK)
a.    Asal dan Taksonomi Tanaman Epiho
Gabar 2. Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia LAMK);
(foto, Melli nokuwo. Papua)
Tanaman epiho (Guazuma ulmifolia LAMK) tumbuh dan berkembang di daerah yang beriklim tropis. Tanaman epiho (Guazuma ulmifolia LAMK) dalam  sistematika  tumbuhan menurut Jaka Sulaksana (2005) termasuk ke dalam klasifikasi
Kingkom
:
Plantae
Divisi
:
spermatphita
Sub kelas

Angiospermae
Kelas
:
Dkotiledonae
Ordo
:
Malvales
Family

Sterculiceae
Genus
:
Guazuma
Spesies
:
Guazuma ulmifolia LAMK

b.    Morfologi Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia LAMK)
Tanaman Epiho merupakan tanaman yang tingginya kurang lebih 10 meter. Berbatang  keras,  bulat,  permukaan kasar, banyak alur,  berkayu,  bercabang  dan berwarna hijau keputih-putihan. Kulit kayu pada batang yang sudah berkayu tidak banyak  terdapat  serat  dan pada  batang tanaman  yang mudah  menghasilkan  banyak serat.
Daun pohon Epiho tunggal,  bulat telur,  permukaan kasar, tepi bergerigi,  ujung runcing,  pangkal berlekuk,  pertulangan menyirip, dan letaknya berseling. Panjang daun sekitar 4–22,5 cm, pada bagian bawah daun berbulu. Panjang tangkai daun sekitar 5–25 mm.  Epiho  mempunyai daun penumpu yang berbentuk lanset atau berbentuk paku dengan panjang antara 3-6 mm.
Bunga  tanaman  Epiho  tunggal,  bulat dan muncul dari  ketiak daun. Bunganya yang belum matang berwarna hijau muda dan putih bagi buah yang sudah matang. Bentuk bunga agak ramping,  berjumlah banyak,  beraroma harum. Panjang kelopak bunga sekitar 3-4 mm dengan tajuk terbagi menjadi  dua bagian. Tajuknya berwarna ungu tua dan kadang-kadang menjadi kuning tua. Panjang tajuk 3-4 mm. Bagian bawah tajuk berbentuk garis dengan panjang 2-2,5 mm.
Buah Epiho berbentuk kotak atau agak bulat, keras permukaan berduri dan berwarna  hitam.  Biji-Biji  Epiho  kecil,  keras, berdiameter 2 mm, hanya 2½ – 3½ cm, berwarna kuning  kecokelatan dan  berbentuk telur  terbalik, agak persegi, dengan bungkus halus  tersekap  dalam kotak kuning yang mengandung banyak lendir. Akar Pohon Epiho tunggang dan berwarna  putih  kecoklatan ( anonim, 2005).

c.    Kandungan  kimia pada serat batang Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia LAMk).
Kulit batang Epiho mengandung lendir sebanyak 10%, sedangkan daunnya mengandung asam dammar 9,3% dan zat samak 2,7%. Kandungan kimia dari tanaman epiho adalah seluruh bagian mengandung bahan aktif seperti tanin dan musilago.  Kandungan  bahan  aktif  yang  juga diketahui terdapat pada hampir semua bagian tanaman adalah ß-sitosterol, kafein, friedelin-3a-asetat, friedelin- 3ß-ol, terpen,  triterpen,  karotenoid,  resin,  glukosa, asam lemak, asam fenolat, zat pahit, karbohidrat, serta minyak lemak (anonym, 2005).
Daun dan  kulit  batang  epiho  mengandung alkaloida, flavonoida, saponin, dan tanin.  Sementara kulit batang mengandung 10% zat lendir, 9.3 % damar-damaran, 2.7% tanin,  beberapa  zat  pahit,  glukosa  dan asam lemak. Tanaman epiho  juga  memiliki  bau aromatik yang lemah karena mengandung kafein sterol, dan asam fenolat (Sulaksana dan Jayusman, 2005).


d.   Syarat Tumbuh Epiho (Guazuma ulmifolia LAMK).
Tanaman Epiho dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, dari tanah subur hingga  berbatu,  tetapi pertumbuhan terbaik ada di dataran rendah pada tipe tanah alluvial dan liat. Tanah Alluvial disebut juga tanah endapan karena terbentuk dari endapan  lumpur  yang terbawa  air hujan ke dataran rendah. Tanah ini bersifat subur karena terbentuk dari kikisan tanah humus. Tanah liat atau lempung terdiri atas butiran-butiran  liat yang halus  sehingga bersifat liat.
Tanaman  ini ditemukan  di hutan kering  maupun  basah, biasanya  merupakan vegetasi dari hutan sekunder. Hutan sekunder adalah hutan yang sebelumnya mengalami kerusakan lingkungan baik oleh perbuatan orang maupun oleh kerusahkan  secara  alami. Lingkungan tumbuhnya pada daerah dengan ketinggian 0 sampai 1200 m dari permukan laut dengan curah hujan tahunan 700 sampai 1500 mm  dan  musim  kering 4  sampai 7 bulan.  Tanaman  ini  merupakan tanaman pioner merupakan tanaman yang pertama kali tumbuh pada lahan yang kosong (Valkemburg dan Horsten, 2001).
e.    Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi kesesuaian lahan adalah proses penilaian tampilan atau keragaan (performance) lahan jika digunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Inti dari evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang  akan  diterapkan  dengan sifat-sifat atau  kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau kelas  kesesuaian / kemampuan  lahan untuk jenis penggunaan lahan tersebut (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).
Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan (land qualities) dari setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics).
8.        Serat Pada Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba), dan Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia LAMK)
Serat merupakan sel atau jaringan serupa benang atau jala panjang yang terdapat di dalam batang kulit kayu. batang (caulis) merupakan bagian dari pucuk yang  mempunyai bagian-bagian  antara lain, ruang batang (node) tempat duduknya daun, dan buku batang (internode) yang merupakan segmen-segmen diantara ruas batang,  dan  ketiak  daun (pucuk axial) yang bersifat embrionik dan dorman. Bagian ini terdapat di atas daun yang membentuk sudut antara batang dan daun.
Pada bagian ujung (apex) disebut pucuk terminal yang dapat tumuh memanjang karena terdapat apikal dominan (meristem apical). Modifikasi dari batang bermacam-macam sesuai dengan fungsinya, misalnya stolon (strawberry), rhizima, dan umbi (bawang).  Pada tumbuhan angiospermae  terdapat  tiga tipe batang yaitu tipe rumput (kalamus), tipe lunak berair ( herba atau terna) dan tipe berkayu.  Tumbuhan  yang  berkayu  umumnya  berbatang  keras,  tebal, dan panjang.  Permukaan batang yang  tua  terdapat  lentisel pada  tempat  tempat tertentu. Lentisel berfungsi sebagai tempat keluar masuknya gas pada tumbuhan (yanto, 2004).
a.    Struktur anatomi batang
Pada  ujung  batang yang  sedang tumbuh, terbentuk jaringan primer. Dari luar kedalam jaringan primer terdiri atas jaringan berikut ini :
1.   Protoderma,  merupakan  bagian luar yang akan membentuk epidermis
2.   Prokambium, terletak dibgian tengah, sel-selnya lebih panjang. Jaringan ini akan  membentuk jaringan  pembuluh  xilem dan floem serta cambium vaskuler (cambium yang terletak antara xilem dan floem)
3.   Meristem dasar, merupakan jaringan yang akan membentuk empulur dan korteks.
b.    Sifat-sifat batang
1.   Berbentuk panjang, bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya bila batang dibelah menjadi dua batang yang setangkup dapat dibuat banyak bidang simetri.
2.   Beruas-ruas yang masing-masing ruas dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
3.   Tumbuh ke atas menuju cahaya sinar matahari.
4.   Selalu bertambah panjamg ujungnya, sehingga mempunyai pertumbuhan tak terbatas.
5.   Mengadakan percabangan.
6.   Umumnya tidak berwarna hijau kecuali rumput-rumputan, biasanya putih kecoklatan / putih kekuningan.
c.    Fungsi batang
1.   Mendukung  bagian  tumbuh-tumbuhan  yang lain, misalnya daun, bunga, buah.
2.   Sebagai tempat pengambilan serat yang digunakan sebagai bahan baku noken.
3.   Merupakan  jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari bawah ke atas.
4.   Sebagai tempat penimbunan makanan, misalnya kentang bila telah mengalami metamorfosis.
5.   Mempunyai arti ekonomi sebagai bahan bangunan, bumbu masak, obat dll.
d.   Struktur primer batang
Berikut akan dibahas struktur primer batang monokotil dan dikotil :
1.    Struktur primer batang monokotil
Struktur primer batang monokotil terdiri dari epidermis pada bagian luar, dan pada bagian dalam terdiri dari ikatan pembuluh, empulur, dan sklerenkima. Ikatan pembuluh pada struktur primer batang monokotil tersebar acak hingga ke empulur,  sehingga  korteks dan silinder pusat tidak tampak.
2.    Struktur primer batang dikotil
Struktur primer batang dikotil dibangun oleh jaringan-jaringan primer sebagai berikut
a)    Epidermis, merupakan jaringan berbentuk sel-sel pipih yang berfungsi melindungi jaringan di dalamnya. Dinding sel epidermis tebal dan dilapisi oleh kutin atau kutikula.
b)   Korteks, merupakan jaringan yang terletak dibawah epidermis yang tersusun  dari  sel-sel  paremkima yang berbentuk bulat, berdinding tipis, dan bervakuola besar. Fungsi utamanya adalah menyimpan cadangan makanan. Pada beberapa jenis tumbuhan dindingnya mengalami penebalan membentuk kolenkima dan sklerenkima yang berfungsi memperkuat batang.
c)    Stele atau silinder pusat, merupakan bagian terdalam dari batang. Lapisan terluar dari silinder pusat dibatasi oleh perisikel atau perikambium. Stele tersebut disusun oleh xilem primer, floem primer, cambium vaskuler dan empulur.
Floem  primer  merupakan  jaringan  majemuk  /  kompleks karena tersusun oleh  beberapa macam sel yang mampu mengangkut zat organik hasil fotosintesis dari  daun  ke bagian lain dari tumbuhan. Pendukung utama pengangkutan pada floem adalah elemen floem yang berupa sel-sel pipa yang ujungnya mempunyai tapisan  (saringan)  sehingga  disebut  pembulu tapis. Serabut floem kecil dan panjang dengan penebalan dinding oleh lignin dan pada sel yang tua tidak berprotoplasma.
Kambium vaskuler (cambium vaskuler) merupakan jaringan yang bersifat meristematik  dan terbentuk dari prokambium. Cambium ini terletak diantara jaringan xilem dan floem. Pembelahan ke arah luar  dari sel-sel cambium akan membentuk floem sekunder sedangkan ke arah dalam akan membentuk xilem sekunder.
xilem primer, merupakan jaringan kompleks, yang terbentuk pada pertumbuhan primer.  Jaringan  xilem primer merupakan jaringan kompleks karena tersusun oleh  sel-sel pembuluh xilem dan trakeit.  Empulur  bagian dalam dari batang  yang  tersusun  oleh sel-sel parenkima sebagai tempat penyimpanan makanan.
e.    Struktur sekunder batang
Berikut akan dibahas struktur sekunder batang dikotil. Tumbuhan dikotil yang  sudah tua selain  memiliki  jaringan  primer juga memiliki jaringan sekunder yang terbentuk akibat pertumbuhan dari aktivitas cambium. Macam-macam  jaringan  sekunder  pada tumbuhan  dikotil akan dijelaskan sebagai berikut.
1.         Floem sekunder, merupakan jaringan floem yang letaknya lebih dalam dari  floem  primer,  yang dibentuk oleh cambium ke arah luar. Akibat terus terbentuknya jaringan floem sekunder menyebabkan batang tanaman dikotil terus membesar atau mengalami pertumbuhan sekunder.
2.         Xilem sekunder, merupaka  jaringan xilem yang dibentuk oleh jaringan kambium ke arah dalam. Letak xilem sekunder lebih ke arah luar dari pada letak xilem primer. Pertumbuhan jaringan xilem sekunder yang terus menerus menyebabkan pembentukan jari-jari xilem semakin besar. Pertumbuhan jari-jari xilem tidak sama setiap tahun, hal ini tergantung  pada curah hujan, persediaan air dan makanan, dan pengaruh  musim.  Fenomena tebal tipisnya pertumbuhan jari-jari batang atau cepat lambatnya pertumbuhan membesar menyebabkan terbentuknya lingkarang tahun yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur tumbuhan.
3.         Gabus dan cambium gabus, merupakan jaringan yang dibentuk oleh fologen (Kambium gabus) ke arah luar, sedangkan ke arah dalam fologen  akan  membentuk  feloderma atau parenkima gabus. Gabus atau felem terdiri dari sel-sel berbentuk kotak, dinding selnya mengalami penebalan oleh suberin, dan bersifat impermeable (Sri Maryati dkk, Biologi XI
                  Tabel 8. Perbedaan Struktur Anatomi Batang Monokotil dan Dikotil
Monokotil
Dikotil
Batang tidak bercabang-cabang
Batang bercabang-cabang
Pembuluh angkut tersebar
Pembuluh angkut teratur dalam susunan lingkarang atau berseling radikal
Tidak mempunyai kambium Vaskuler, sehingga tidak dapat tumbuh membesar
Mampunyai kambium vaskular, sehingga dapat tumbuh membesar
Mempunyai meristem interkalar
Tidak mempunyai meristem interkalar
Tidak memiliki jari-jari empulur
Jari-jari empulur berupa deretan parenkima di antara berkas pengangkut
Tidak dapat dibedakan antara daerah korteks dan empulur
Dapat dibedakan antara daerah korteks dan empulur
    (Sumber; biologi SMA XI)

9.        Bahan Anggrek Hitam Dan Kuning (Phalaenopsis Amabilis)
Gambar 3. Tanaman Anggrek (Phalaenopsis Amabilis);
 (foto, Theresia tebai. Papua)
a.    Taksonomi dan Morfologi Anggrek
Kedudukan tanaman anggrek bulan dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikan sebagai berikut
Kingkom
:
Plantae  
Divisi
:
Spermatophita
Sub divisi
:
Angiospermae
Kelas
:
Monokotiledon
Ordo
:
Orchidales
Family
Genus
:
:
Orchidaceeae
Phalaenopsis
Spesies
:
Phalaenopsis amalia
Varietas
:
Phalaenopsis papuana

Susunan tubuh tanaman anggrek bulan terdiri atas akar,  batang,  daun, bunga, buah, dan  biji.  Tanaman  anggrek  bulan  bersifat  epifit.  Epifit  berasal  dari  kata epyphyt yang terdiri  atas  kata epi  dan phytos berarti tanaman. Tanaman  epifit  ditandai  dengan  karakter  pertumbuhannya  yang  melekat pada permukaan kulit pohon dengan seluruh bagian tumbuhan (akar, batang dan daun) berada di udara.
Pengertian praktis tanaman epifit adalah tanaman yang hidupnya menumpang pada tanaman lain tanpa merugikan tanaman yang ditumpanginya. Akar tanaman anggrek  bulan ini  terdiri  atas dua yaitu akar lekat dan akar udara.  Akar lekat berfungsi untuk  melekat  dan  menahan  keseluruhan  tanaman  agar  tetap  berada  pada posisinya ada pun akar udara berperan dalam  proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman  karena berkemampuan untuk menyerap unsur hara.
Batang  tanaman  anggrek bulan berukuran  amat  pendek bahkan kadang-kadang tidak  tampak karena tertutup pelepah daun.  Daun  berbentuk  lanset atau bundar panjang sampai jorong  dengan panjang antara 20cm - 30cm dan lebar 30cm -12cm berdaging tebal berwarna hijau kelam hijau mudah, hijau ungu-unguan sampai hijau kemerah-merahan. Pertumbuhan tanaman anggrek bulan  tergolong dalam tipe simpodial yaitu memiliki tipe pertumbuhan ujung batang  kesat arah  keatas dan terbatas.  Adapun tipe pertumbhan karangan bunganya (inflorencentia) tumbuh dari pangkal atau samping batang. Bunga tersusun dalam rangkaian berbentuk tanda  bercabang  tangkai  bunga berbentuk panjang antara 15cm-100cm (yahya 2006)
10.  Masyarakat Papua Dalam Merajut Dan Memfungsikan Noken
Dilain kesempatan, noken selalu disamakan dengan tas yang di produksi dari pabrik. Namun  Masyarakat Noken Suku Bangsa Papua, Ras Malanesa di ujung Nusantara Indonesia tetap mengatakan bahwa noken tidak  sama  dengan tas atau kantong. Noken tetap noken dan tas tetap tas.
Hal ini juga ditegaskan oleh Titus Pekei (2012), salah satu anggota Tim Nominasi Noken  Papua  dalam  bukunya  yang berjudul “Noken Cermin Papua, Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani”  bahwa  noken tetap noken dan tas tetap tas sebab bahan baku noken benar-benar dari alam yang bersifat alami, sedangkan tas atau kantong adalah hasil produksi pabrik.  Sementara itu, Masyarakat Noken Papua juga meyakini dan memaknai  sebagai  noken  hidup  yang  bernilai ekonomi, religi, filosafi, dan juga sebagai mata budaya warisan.
a.         Pembuatan Noken Papua
Proses pembuatannya ialah tidak terlepas dari alam pikir dan alam tindakan dari  pengerajin itu  sendiri.  Namun  sebelumnya para perajin mengambil kulit kayu  dari hutan dengan tujuan membuat noken secara manual dengan bantuan alam pikir dan alam tindak yang disebut sesuai kemahiran.  Setelah mengambil bahan di hutan, selanjuutnya dikuliti sambil dibersikan atau dihaluskan dengan tangan diatas paha perajin noken itu sendiri.
Merajut  noken  secara alami  /  manual  atau konvensional namun terdapat nilai dalam kehidupan sehari-hari,  mempunyai makna hidup dan dapat berfungsi dalam  segi  kehidupan  manusia  papua.  Hasil imajinasi  alami dengan keunikan dan kekhasannya menurut keyakinan di masing-masing suku bangsa yang mendiami di atas tanah papua yang dikenal juga karena kekayaan alamnya.
1.      Merajut noken
Merajut  berasal  dari kata rajut  dan menghasilkan noken rajutan tangan manusia.  Merajut  adalah  aksi  dalam proses pembuatan noken. Merajut dari benang  pintal  tangan  manusia dapat diawali dengan angka delapan kemudian  dapat  dikaitkan menjadi satu kali secara ketat maupun jaring. Rajut antara satu dan lainnya akan terkait horizontal mengikar datar dan vertikal  mengingkar  ke bawah  atau  ke atas  tergantung perajut tangan tersebut.
Proses merajut menggunakan  jarum alami yang dibuat dari tulang hewan,  kayu keras  pilihan  perajut, dan juga  dari  kawat besi bekas.  Di ujung jarum dilubangi oleh tangan Para perajin berdasarkan keahliannya. Lubang  pada  ujung  jarum merupakan tempat memasukan benang pintal yang  siap untuk dianyam.  Ukuran  dan  model  noken disesuaikan oleh jarum.  Ketika  merajut noken dapat disesuaikan terbuka atau ketat oleh bentuk jarum  atau jarum adalah penentu dalam  membuat noken berukuran dan bermodel.
2.      Noken rajutan
Rajutan  merupakan hasil dari proses pembuatan noken atau hasil merajut. Perajut adalah perajin noken yang hendak merajut noken. Hasil rajutan disebut juga noken.  Noken yang dihasilkan memiliki keragaman bentuk dan jenis serta motif.  Jenis noken yang dihasilkan  terdiri  dari dua jenis yaitu noken anggrek dan noken kulit kayu atau  disebut dengan bebii agiha. Bentuk noken yang dihasilkan terdiri dari tiga bentuk yaitu, besar, sedang dan kecil.
3.      Noken rajut jaring tangan
Noken Papua adalah hasil rajutan jaring tangan manusia dan jarum yang digerahkan  oleh  tangan  manusia  secara  manual merupakan hasil menarik dan  bernilai tinggi maka noken merupakan  hasil gerahkan jari tangan manusia. Noken rajutan tangan terdapat dua jenis, yaitu noken jaring ketat (tikine agiha) dan noken jaring terbuka ( gokoga agiha).
Noken jaring ketat difungsikan mengisi dan menyimpan berbagai kebutuhan  yang  bisa  dibawah  kemana  pengguna hendak pergi.  Noken jaring  ketat  ini juga bisa disimpan di rumah sebagai lemari hebat yang mengisi barang-barang berharga dan yang bersifat rahasia. Noken ini bisa dijadikan  sebagai  lemari penyimpan barang pribadi maupun milik keluarganya  (Tim Nominasi Noken Papua, 2012).
b.        Noken Difungsikan Dalam Kehidupan Manusia Papua
Noken  sebagai pelekat manusia maka Tim Nominasi Noken Papua, Titus Pekei (2012) menyebutkan noken sebagai “rumah berjalan”. Hal ini dikatakan karena para pengguna noken selalu mengisi barang dan noken selalu bersedia  untuk menampun membawa segala barang itu entah berapa pun jarak yang ditempuh oleh Manusia noken.
Masyarakat Hukum Adat Papua benar-benar menghayati noken sebagai kekuatan  yang diakui kebudayaan suku bangsanya sejak mereka kenal noken dalam kehidupan manusia “ diri manusia” maka dapat dimeteraikan dalam kegunaan yang berfungsi seperti yang dikemukakan oleh Titus Pekei (2012) dalam bukunya “ noken cermin papua, perspektif kearifan mata budaya papuani” sebagai berikut:
1.        Noken difungsikan menjadi pelindung diri bagi pengguna atau pemilik noken termasuk perajin.
2.        Noken difungsikan menjadi bantalan kepala saat istirahat kapan dan dimana saja.
3.        Noken difungsikan untuk mengisi dan menyimpan barang berharga dan tidak berharga.
4.        Noken difungsikan dalam menyelesaikan masalah-masalah lain seperti masalah ekonomi, pendidikan dan agama. Artinya, ketika masyarakat melihat ada masalah dalam pendidikan maka mereka alas noken untuk menyelesaikan. Yang disebut dengan “ebaa mukaii” demikian juga masalah lainnya.
5.        Noken difungsikan untuk menunjang kelangsungan hidup namun dimanfaatkan menurut bentuk dan model tempat isi.
6.        Noken difungsikan dalam konflik untuk didamaikan konflik antara kedua kubu.
7.        Noken difungsikan dalam politik untuk mengisi surat suara dalam pesta demokrasi.
8.        Noken berfungsi untuk melengkapi diri dengan memasukan berbagai barang sesuai kebutuhan sehari-hari.
B.     Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dalam skripsi ini adalah :
1.      Mempelajari  tentang pengaruh  penggunaan noken anggrek sebagai produk khas terhadap  masyarakat  berdasarkan  kualitas.  Dari hasil analisis tersebut dihasilkan  kualitas  noken  anggrek  dipengaruhi  oleh penggunaan noken anggrek oleh Masyarakat Papua (Lakitoo 2013).
2.      Mempelajari tentang Noken dan Pilpres 2014. Dari hasil analisis tersebut dihasilkan noken  dianggap sebagai produk yang bernilai dan bermakna ( Donatus Mote 2014).
Diinfokan  bahwa  dalam penelitian  ini  tidak  banyak  penelitian relevan yang dimuat  karena  noken  mendunia  atau sudah diakui oleh UNESCO melalui PBB pada  tahun  2012  sehingga  tidak  banyak  orang yang mengadakan penelitian tentang noken.

C.    Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir dari analisis ini adalah berdasarkan pemikiran bahwa  Noken merupakan  sejenis tas tradisional yang  disulam  secara tradisional dari bahan  alami yang  berasal dari  tanaman  seperti  tanaman kulit damiho  dan serat  epiho serta tanaman anggrek.  Namun,  noken  bukanlah tas tetapi noken  adalah noken karena noken sudah  mentradisi  sebagai unsur kebudayaan dan menjadi identitas diri dalam masyarakat.  Noken sebagai atribut budaya dan melalui noken telah menjati-diri dalam komunitas perajin noken itu sendiri. Noken telah menjadi salah satu kerajinan tangan khas Papua. 
Noken dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, sampai barang-barang belanjaan. Ukuran  noken bermacam-macam berdasarkan kegunaanya yaitu Noken berukuran besar dengan sebutan “hatto” berdominan  untuk mengisi bibit ubi jalar, serta mengisi kayu bakar. Selain itu, ukuran  sedang  dengan  sebutan  “utee  atau  gapago” digunakan untuk mengisi bahan makanan dan menggendong bayi dan noken yang berukuran kecil dengan sebutan “ mitu” adalah noken yang sangat mendukung untuk mengisi uang serta barang-barang  rahasia. Tak hanya itu,  noken juga dipakai dalam upacara dan sebagai kenang-kenangan untuk tamu.
Noken memiliki makna dan kedudukan sangat penting di dalam struktur kehidupan tradisional masyarakat Meepago, tidak semua orang dapat membuatnya, walau terlihat cukup sederhana ternyata hanya perempuan  Meepago yang dapat menyulam serat-serat dari pelepah kulit kayu ini menjadi sebuah tas.  Apabila seorang perempuan belum dapat membuat noken maka  dia dianggap belum dewasa dan belum layak untuk menikah. Secara adat,  laki-laki papua tidak diperbolehkan membuat noken, karena noken adalah simbol kesuburan kandungan seorang perempuan.
Bahan dasar dari noken adalah tanaman damiho (Anthocephalus cadamba) dan tanaman Epiho  (Guazuma ulmifolia). Kedua bahan baku ini akan dikombinasikan atau dihiaskan dengan tanaman anggrek berwarna kuning dan berwarna hitam. Pengambilan serat berbeda antara Kedua tanaman yaitu untuk tanaman  Damiho  diambil seratnya  dari  kulit  kayu  dan pada tanaman Epiho diambil yang masih lengket pada batang tanaman.
Serat tanaman kulit kayu Damiho dan tanaman serat Epiho mengandung jaringan sklerenkim.  Jaringan  sklerenkim berfungsi sebagai penyokong atau penguat. Jaringan  sklerenkim mengandung senyawa selulosa. Senyawa selulosa memberikan  penguat  pada  tanaman  yang lunak yaitu pada  serat  Epiho karena serat yang akan diambil untuk merajut noken adalah dari tanaman yang bisa berdeferensiasi. Pada  serat damiho  serat selulosanya dari sel sekunder dan sel primer. Serat yang terdapat pada batang tanaman yang mudah dan dewasa.
Masing-masing tanaman tumbuh di daerah yang beriklim tropis. Tanaman Epiho  hidup baik di daerah setinggi 500 sampai 1.200 meter di atas permukaan laut. Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba) dan epiho tumbuh di tanah papua.  Tanaman Damiho umumnya tumbuh di pinggir hutan dan di atas tanggul sungai. Tanaman anggrek bulan dengan varietas  (Phalaenopsis papuana) ditemukan di Daerah Provinsi Papua Wilayah Meepago. Tanaman tersebut saat ini dapat dimanfaatkan semua organ tanaman oleh orang luar negeri dan kulitnya dimanfaatkan oleh orang Papua pada umumnya dan lebih khususnya masyarakat Meepago.
Namun  kenyataannya, setelah tas produk teknologi masuk ke Papua  noken yang dibuat dari bahan  alami jarang dirajut atau dianyam sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperluhkan  suatu mata  pelajaran muatan lokal di setiap sekolah di Papua agar melalui pendidikan dapat menjelaskan  kualitas noken sebagai produk khas dan unik di Papua.
Melalui penelitian ini juga diharapkan untuk memaknai atas Budaya Noken Papua dan dapat melestarikan dengan cara menanam tanaman-tanaman yang bisa dijadikan noken agar memudahkan untuk mendapatkan bahan baku noken, dan mengadakan  penelitian  selanjutnya  terhadap kandungan serat dari masing-masing bahan baku untuk mendapatkan hasil yang berkualitas.