BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA
BERPIKIR
A. Landasan Teori
1.
Sejarah
Noken
Istilah
noken bukan baru mengenal dan mengetahui sebagai identitas budaya hidup, tetapi noken sudah ada sejak manusia papua ada di
bumi Papua. Leluhur nenek moyang dari berbagai suku bangsa papua sudah mahir
dalam merajut dan menganyam pada waktu senggang. Oleh sebab itu, noken sudah
menyatu bersama masyarakat dalam suku
bangsa papua. Nama Noken diambil dari nama daerah dari suku Biak yaitu Inokson
/ Inoken.
Nama
noken dalam suku bangsa papua memiliki berbagai nama menurut bahasa daerah
masing-masing suku Papua yang ada. Demikian juga dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Noken. Berikut tabel Nama Daerah dari beberapa Suku (Cermin
Noken Papua, 2011:32).
Tabel 1. Sebutan Nama Noken Dari
beberapa Suku di Papua
No
|
Nama lain Noken menurut
bahasa Daerah Suku
|
Nama suku bangsa
|
1
|
Su
|
Hugulu
|
2
|
Jum
|
Dani
|
3
|
Sum
|
Yali
|
4
|
Inokson / Inoken
|
Biak
|
5
|
Agiya
|
Mee
|
6
|
Ese
|
Asmat
|
7
|
Dump
|
Irarutu
|
8
|
Rota /Kaketa
|
Serui
|
9
|
Kangke /Holoboi
|
Sentani
|
10
|
Yu /Yuta
|
Maybrat
|
11
|
Yuu
|
Ayamaru
|
12
|
Qya Qsi/ Queri
|
Tehit
|
13
|
Kwok
|
Moi
|
14
|
Naya
|
Moli
|
15
|
Kema Ombo
|
Moni
|
16
|
Singanik
|
Nduga
|
Tabel
Nama Noken, Tim Nominasi Noken/2011
Dalam
buku “ Cermin Noken Papua” kata sambutan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata,
Jero Wacik (2012) mengatakan bahwa, Noken merupakan identitas budaya dalam
unsur-unsur kebudayaan Papua dan dalam noken terdapat berbagai aspek nilai
seperti nilai filosofi hidup, nilai sosiologis, nilai antropologis dan nilai normatif
hidup serta nilai psikologis batin. Berikut akan dijelaskan makna dan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
a.
Pemaknaan
Noken dari aspek Naturalis
Pemaknaan
naturalis merupakan cara mengenal dan memahami untuk menggambarkan keadaan alam
sekitarnya. Berikut ini penulis mendeskripsikan dalam bentuk tabel pemaknaan
naturalis dari masyarakat Meepago.
Tabel 2.Pemaknaan Noken dari Aspek
Naturalis.
Nama
Komunitas Noken
|
Hiasan Naturalis
|
Noken
Orang Meepago
|
1.
Menggantung
ekor hewan peliharaan di ujung noken kaum pria tanpa batas usia sebagai
simbol kesejatian kaum pria.
2.
Tali
pusar anak yang baru lahir digantung dimulut noken ibunya atau neneknya agar
anak bertumbuh sehat.
3.
Dihiasi
dengan anggrek.
4.
Memberikan
pewarna alami yang digosok pada pintalan benang sebelun merajut menjadi noken
jaring.
|
(Sumber: Buku Noken Papua)
b. Pemaknaan Noken dari Sosiologis
Makna
Sosiologis dalam kehidupan sehari-hari orang Papua adalah noken tidak sebatas
merajin, membawa, dan memfungsikan begitu saja tetapi masyarakat Papua khususnya
masyarakat Meepago melalui noken membentuk kasih sayang antara sesama dan
membagi kepada sesama manusia lain ketika orang lain membutuhkan apa yang ada
di dalam noken. Dalam hal ini, membagi bukan hanya berupa barang-barang yang
ada di dalam noken saja, tetapi lebih dari itu adalah membagi pikiran, membagi
arahan, motivasi, dan solusi bagaimana menghadapi kehidupan yang ada.
Sementara
itu, kasih sayang dan saling membagi yang diyakini dalam noken sebagai makna
sosiologisnya adalah bagaimana noken dibawah dan dijadikan sebagai pembawa
damai ketika antara manusia yang satu dengan yang lain atau antara suku yang
satu dengan suku yang lain terjadi konflik. Disitulah noken hadir dalam makna
sosiologis mendamaikan antara manusia dalam kehidupan berbangsa.
Berikut
ini penulis akan menuliskan dalam tabel antara nama komunitas dan kontak
sosiologisnya.
Tabel 3. Pemaknaan Noken dari
kontak Sosiologisnya
Nama
Komunitas Noken
|
Kontak
sosiologis
|
Noken
Orang Meepago
|
1.
Noken
sosial dapat mendamaikan masalah karena segala barang berharga yang sudah
diisi di dalam noken itulah yang akan menyelesaikan konflik. Noken tersebut berukuran
besar atau yang dikenal dengan bahasa Mee “Agiha Ebe kigii” artinya, membuka noken untuk menyumbang
barang-barang berharga maupun uang demi menyelesaikan masalah.
2.
Kontak
sosial noken anggrek digunakan hanya orang pria dewasa yang sudah menduduki
posisi kaya akan harta benda (Tonowi)
zaman dahulu dalam komunitasnya.
3.
Kontak
sosial noken komunal umum yang bisa dibuat oleh siapa saja digunakan oleh
anak-anak dan perempuan.
4.
Noken
kecil sebagai dompet asli yang dikenal masyarakat adatnya dan memiliki tujuan
hidup damai, aman, dan sejahtera dalm komunitasnya.
|
(Sumber :Buku Noken Papua)
c. Pemaknaan Noken dalam Kontak
Antropologis
Kontak
Antropologi Noken adalah barang apapun yang ada dalam noken adalah hak pemilik yang
mengisi dan menyimpan barang dalam noken dan terus mengikatkan diri sesama yang lain dengan membagikan barang yang ada dalam noken.
Berikut
adalah Nama komunitas dan kontak Antropologis.
Tabel 4.
Pemaknaan Antropologis
a. Telah terbentuk kontak batin diantara sesama manusia baik
masyarakat asli Papua dan bukan asli masyarakat Papua.
b. Noken satukan harapan hidup masyarakat asli dan bukan asli
papua yang datang hidup di papua secara harmonis atas kesadaran dirinya bahwa
sudah menjadi bagian dari komunitas noken papuani.
c. Noken memproteksi langkah hidup masyarakat noken agar
berantropologis, melalui gagasan, adat, budaya, dan nilai, norma hukum adat
di tanah Papua.
d. Noken menyadarkan sikap saling menghargai hidup kepada
berbagai pihak ketika mengakui nilai-nilai budaya “noken itu”.
|
1.
Noken
dapat dinilai dan diakui menjadi kontak ikatan batin antar sesama manusia
dari satu pribadi kepada pribadi yang lain atau sesamanya.
2.
Dari
segala barang yang ada dalam noken dan diketahui hanya oleh pemilik noken
tersebut namun pengguna noken menyadari ketika pihak lain membutuhkannya maka
akan memberikannya.
3.
Ikatan
antara manusia baik kenalan atau membangun relasasi baru atas barang yang
akan diberikan saat membutuhkan. Dan dengan manfaat itulah noken dimanfaatkan
sebagai fungsi ikatan batin yang terus dialami untuk ketahanan hidup dalam kehidupan
berdamping, kekeluargaan dan persatuan yang dirajut antar pribadi yang sudah
kenal maupun tidak kenal.
|
(Sumber: Buku Noken Papua)
d. Pemaknaan Noken dari Aspek
Filosofis
Pemaknaan
filosofis noken merupakan proses untuk dapat membahas kembali atas kemahiran
kerajinan tangan perajin dan diinspirasikan pentingnya budaya noken kedepan dan telah memberi arti dan makna hidup bagi
manusia sebagai komunitas noken yang sedang memihak pada budaya noken itu
sendiri.
Berikut
ini penulis akan menuliskan dalam tabel antara nama komunitas dan kontak
filosofis.
Tabel 5.
Pemaknaan Filosofis
Nama Komunitas Noken
|
Makna Filosofi
|
Noken
telah dimiliki hampir semua komunitas noken suku bangsa di Papua. Mereka
mengenal dan memiliki noken zaman leluhurnya tetapi kemahiran kerajinan
tangan akan baik dari keunikan dan kekhasan noken mulai pudar dari makna filosofis
menurut komunitas suku bangsanya.
|
1. Jika bukan noken, tidak mengenal
mata budayanya.
2.Jika bukan noken, tidak dibesarkan berbagai pribadinya.
3.Jika bukan noken, tidak memandirikan dalam hidupnya.
4.Jika bukan noken, tidak melahirkan
sikap membagi dalam hidupannya.
5. Jika bukan noken, tidak
menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
6.Jika bukan noken, tidak membelenggu alam pikir bebas.
7.Jika bukan noken, tidak mengenal
perlindungan tubuhnya.
8.Jika bukan noken, tidak melengket pada diri
penggunanya.
9.Jika bukan noken, tidak menyimpan
barangnya.
|
(Sumber: Buku Noken Papua)
e. Pemakanaan Noken Normatif
Memaknai
noken dalam normatif merupakan salah satu cara bernorma hidup karena bertolak dari diri
manusia itu sendiri. Norma adalah irama hidup yang kadang mendesak pribadi secara tepat maupun tidak tepat ketika dihadapkan dalam melakukan suatu hal
baik positif atau negatif. Norma telah terikat atas dirinya sebagai kendali melakukan
berbagai aktivitas individu dan terhadap pribadi sesamanya baik bersifat
positif maupun bersifat negatif. Misalnya noken diisi barang yang dapat
mencelakakan sesamanya.
Berikut
ini penulis akan menuliskan dalam tabel antara nama komunitas dan kontak
Normatif.
Tabel 6.
Pemaknaan Normatif
Nama komunitas noken
|
Makna normative
|
semua
suku bangsa yang taat akan norma-norma yang melekat sesuai penghayatan dan
pemaknaan nokennya, menurut kreatif suku bangsanya.
|
1.
Noken
mengatur irama hidup saat makan dan kerja
2.
Noken
memerintah tidak boleh memiliki barang orang lain
3.
Noken
mengajak membagi apa yang diisi di dalam noken.
4.
Noken mendidik
sikap kemahiran dan kasih dalam kehidupannya
5.
Noken
mengajak untuk tetap menyimpan, mengisi, dan membawa barang yang baik dan
hidup
6.
Noken
melatih diri sebagai orang jujur, pembawa damai dan noken melatih manusia
menjadi pembawah kebenaran
7.
Noken
mendirikan alam pikir bagi penggunanya
8.
Noken
menyimpan semua yang baik dalam hidupnya
|
(Sumber:
Buku Noken Papua)
f. Pemaknaan Noken dalam Aspek
Psikologis
Memaknai
noken dalam psikologis, pada dasarnya noken adalah mata budaya yang melekat
pada Manusia Papua dan noken telah membentuk karakter manusia kepapuaan yang
pada akhirnya menunjukan jati diri sebagai orang papua yang benar-benar orang
berbudaya di mata dunia.
Berikut
ini penulis akan menuliskan dalam tabel antara Nama Komunitas dan Kontak Psikologis.
Tabel 7. Pemaknaan Psikologis
Nama Komunitas Noken
|
Makna Psikologis
|
Merupakan ikatan batin setiap diri
manusia dengan kejiwaan antar manusia noken secara alami guna memupuk
kebersamaan dengan mengedepankan kontak batin dalam interaksi keterkaitan
batiniah dari pribadi yang satu kepada manusia yang lain, menjadi serasa, sepikir,
dan setindak.
|
1. Noken selalu memampukan manusia noken ketika mengisi,
menyimpan, dan membawa barangnya
2. Noken melatih mendewasakan diri dan melatih kejiwaan
manusia noken
3. Noken menjaga, memelihara dan membagi serta menjiwai
ikatan melalui hasil isiannya di dalam noken.
4. Noken membentuk mentalitas dirinya menjadi satu-kesatuan
dalam keterkaitan dari segala barang bawaan dalam nokennya
5. Noken menjiwai dan menyatuhkan antara pribadi menjadi
pacaran yang sehati dan sejiwa
6. Noken menjatuhkan dan menjiwai antara pribadi suami dan
istri pada kelaknya.
|
(Sumber : Buku Noken Papua)
Penulis
buku “ Cermin Noken Papua, Perspektif
Kearifan Mata Budaya Papuani” Titus Pekei (2012), menuliskan dalam bukunya;
cermin noken papua berarti cermin cara rajut dan anyam noken. Perajin noken
mengekspresikan diri melalui kemahiran dirinya yang hendak perajin
merajut/menganyam melalui tangannya itu. Melihat kedalam alam pikir, alam sikap,
dan alam tindak manusia Papua. Cermin Noken Papua menjadi identitas jati diri masyarakat pemilik noken itu sendiri baik perorangan
maupun komunitas noken menurut adat suku bangsanya masing-masing.
Cermin
Noken Papua bukan berarti melihat noken di cermin tetapi bercermin noken dalam
sikap, tindakan, ungkapan, alam pikir untuk memperkaya dalam kemahiran tradisi
budaya anyam noken. Karena noken adalah hasil kerajinan atau anyaman tangan
Masyarakat Papua yang bahan-bahannya dari alam papua dan noken memiliki nilai
hidup dalam unsur-unsur budaya, maka Titus Pekei Anggota “Tim Nominasi Noken”
berpandangan bahwa “Noken Tetap Noken” artinya, noken dan tas/kantong itu tidak
sama. Noken tetap noken dan tas tetap tas karena noken hasil anyaman tangan
manusia, sedangkan tas hasil produksi pabrik.
Tanpa
ada unsur desakan dari pihak lain, nama noken tetap noken tanpa disamakan
dengan tempat isi lainnya seperti tas dan kantong yang diproduksikan dari
pabrik. Semua jenis kantong atau tas moderen itu buatan industri tekstil atau
pabrik tas. Sedangkkan noken dibuat dengan bahan alam yang juga disebut alami
sesuai kemahiran perajin sebagai kerajinan tangan masyarakat adat Papua yang
diwariskan sejak jaman dahulu kala oleh nenek moyang bangsa Papua.
2.
Hakikat
Kualitas Noken sebagai Produk
a.
Pengertian
Noken
Titus
Pekei (2012), salah satu anggota Tim Nominasi Noken Papua dalam bukunya “Cermin Noken Papua, Perspektif Kearifan Mata
Budaya Papuani” menjelaskan dan memperkenalkan kepada Masyarakat Perajin
Noken Papua sekaligus mendekatkan pemahaman bersama dalam beberapa poin seperti
diantaranya:
1)
Noken adalah kerajinan tangan dari hampir semua suku
bangsa di Papua yang diwariskan sebagai unsur budaya
papua yang menjamin kelangsungan hidup untuk mengisi, menyimpan, dan membawa
barang untuk menggenapi kehidupan sehari-hari.
2)
Noken adalah tempat mengisi dan menyimpan semua barang di dalam tempat rajutan dan anyaman tangan
yang dimanfaatkan pengguna secara aman.
3)
Noken adalah kerajinan tangan Masyarakat
Hukum Adat Tanah Papua yang sudah Bernorma, Beradat, Berbudaya, dan Beretika dari masa leluhur
sampai sekarang hingga selanjutnya.
4)
Noken adalah tempat yang dirajut dan
dianyam dari serat pohon kulit
kayu atau daun yang
kadang diwarnai dan diberi berbagai perhiasan termasuk pewarna demi menggenapi
kepuasaan batin perajin dan terutama penggemar noken.
Dengan
demikian, sangatlah jelas bahwa noken adalah daya cipta, rasa, dan karsa yang
dimiliki manusia berbudaya dan beradat. Noken adalah hasil kerajinan tangan yang
memanfaatkan lingkungan alam sebagai acuan bahan inputnya dan hasil outputnya untuk
berbagai keperluan hidup manusia. Masyarakat Papua juga mengenal “Noken” sebagai tempat mengisi, menyimpan dan membawa
barang dan merupakan hasil kerajinan
tangan Masyarakat Papua.
Masyarakat Papua
khususnya di wilayah Adat Meepago daerah
Provinsi Papua juga memfungsikan noken sebagai
tempat mengisi, menyimpan dan membawa barang dan merupakan
hasil kerajinan tangan masyarakat. Titus Pekei (2012) sebagai anggota Tim
Nominasi Noken Papua berupaya mengangkat tujuan noken yang masih terpendam dalam budaya-budaya papua hingga kemudian dia mencoba menemukan
kenapa sampai harus mencapai pada tujuannya sebagai berikut:
“Proses bercermin noken dapat diawali dari pengenalan bahan baku noken.
Proses sebelum membuat noken diawali dengan penglihatan, penghayatan, hingga
pengolahan bahan baku alami pun terencana dan terukur sesuai target-targetnya.
Menurut kemahiran atas kemampuan diri perajin noken yang telah dan akan
bertumpuan pada kearifan suku-suku bangsa di tanah papua. Merupakan sikap
keberpihakan dan kepatuhan atas apa yang mereka miliki tetapi menurut dasar
pemikiran guna memperkaya kemahiran dirinya demi penguatan komunitas suku
bangsanya” (Titus pekei, 2013:32).
Sebetulnya pendapat di atas ini adalah bagian dari
pemahaman memperkaya cara mengelolah alam pikir, alam sikap dan alam tindak
manusia noken sebelum menghasilkan noken secara utuh. Bagaimana cara merajut
dan kapan menganyam noken adalah tergantung jenis noken dengan model antara
besar atau kecil. Namun dapat diyakini
dan menjadi kenyataan hidup bahwa apapun bentuk nokennya musti sebagai penggguna noken mengenal dan
menghayati secara mendalam sebab tentu saja noken yang dikatakan budaya warisan
mempunyai nilai. Dalam hal ini penulis buku “ Cermin Noken Papua, Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani”, Titus
Pekei(2012) menarik penegasan sikap
bahwa
“kemahiran rajut/anyam noken bahan baku menjadi potensi alam pikir
manusia di tanah Papua. Alam pikir manusia itu dapat mengelolah segala bahan
baku karena sudah terbentuk alami dan didorong menjadi kemampuan pribadi
perajut atau penganyam noken hingga menghasilkan noken yang utuh dan sempurna.
Manusia mulai bercermin dan mengenal secara utuh dan menjadi bagian dari ikatan
kearifan lokal dalam penghayatan diri secara tepat, teratur, dan terukur
menurut kemampuan perajin karena mereka selalu bercermin noken dari alam pikir
dan proses pembuatan menggunakan tangan sebagai proses kerja alam pikir manusia
perajin diatas Tanah Papua” (Titus pekei, 2013: 35).
Dari penjelasan diatas tentang memahami noken
sebagai budaya bernilai itu maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa,
sebagai perajin dan pengguna noken harus
mengenal apa itu noken, bagaimana mempersiapkan bahan baku dan bagaimana cara
merajut menjadi sebuah noken yang unik
serta benar-benar mengenal bagaimana cara menggunakan sebagai nilai sosiologis,
filosofis, antropologis, ekonomis dan juga mengenal noken dalam nilai
religiusnya.
b. Fungsi Noken
Perajin
noken pandai menganyam dan merajut noken menurut keterikatan sosial budaya dan
akhirnya masyarakat memfungsikan noken sebagai
1)
Mengisi barang sesuai keperluan dari
penggunanya
2)
Menyimpan barang menurut ukuran dan
bentuknya
3)
Membawa barang sesuai daya tampung dan
kapasitanya
4)
Membagi barang hasil isi dalam noken itu
sendiri
5)
Mengatasi masalah hidup dari dalam noken
sendiri
6)
Membantu sesama dari hasil isian noken
sendiri
Beberapa
hal di atas, dapat disesuaikan menurut manfaat kegunaan noken menurut
ukurannya. Pengguna sudah pahami dan mengerti harus masukan barang apa dalam
noken tersebut. Dengan istilah lain digunakan sesuai kebutuhan pengguna noken
rajut atau anyam. Pada akhirnya, noken akan dibawa kemanapun pengguna pergi
atau datang.
Elastisitas
noken pun akan menjamin untuk mengisi segalah kebutuhan hidup, misalnya noken
besar akan mengisi banyak barang dan mudah memuat barang di dalamnya, sedangkan
noken kecil atau noken ketat akan mengisi barang sesuai kapasitas noken. Pengguna
akan mengatasi masalah kehidupan sehari-hari mau pun bekal hidup yang akan
digunakan pada saat tepat nantinya, seperti makanan, buku tulis, rokok, sirih
pinang dan lainnya (Cermin
Noken Papua, 2012).
c.
Manfaat
Noken
Manfaat
noken akan berfungsi melalui segala barang yang sudah menaruh perhatian dan
kepercayaan dirinya. Barang bawaan selalu aman dalam noken dan tidak menutup
kemungkinan akan membagi, membantu pada saat sesamanya membutuhkan.
1)
Manfaat noken tidak bisa dibatasi hanya
karena barang bawaanya, karena
dapat
membagi kepada sesamanya.
2)
Manfaat noken tidak bisa memisahkan
dalam mempererat relasi pertemanan baik teman lama maupun teman baru.
3)
Manfaat noken digunakan untuk menyimpan
mengisi barang sesuai kebutuhan sehari-hari atas barang yang sudah ada dalam noken
tetap terawat aman dan harus lengket pada dirinya.
4)
Manfaat noken lainnya adalah mempererat
hubungan yang retak maupun stabil agar terjalin baik kembali.
5)
Manfaat noken bukan sekedar memiliki
unsur budaya noken saja tetapi yang lebih terpenting terus mewariskan
unsur budaya sebagai mata budaya yang sudah menjadi tradisi hidup bersama pada
Perajin Noken alami tersebut.
6)
Puncak manfaat noken dapat digunakan
pada saat mengatasi masalah kebutuhan hidup sehari-hari.
7)
Manfaat noken diperankan dalam kehidupan
sehari-harinya baik tidak mengisi barang
berharga atau mengisi barang berharga seperti harta
benda bernilai dalam komunitasnya.
Berdasarkan
beberapa manfaat budaya noken di atas,
tanpa menilai hal biasa yang sekedar biasa, tetapi sangat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari bagi penggemar noken terutama pengguna noken dalam
pentingnya tempat mengisi atau menyimpan dewasa ini (Cermin Noken Papua 2012).
d.
Pengertian
Kualitas Produk
kualitas
adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten, sedangkan produk adalah
segala sesuatu yang dapat ditawarkan di masyarakat untuk mendapatkan perhatian,
dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan.
Secara
konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang
bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan melalui pemenuhan kebutuhan
dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas yang dibutuhkan serta daya beli masyarakat.
Produk adalah sekumpulan atribut yang
nyata di dalamnya tercakup oleh warna, harga, kemasan, plastik, pengecer dan
pelayanan dari hasil kerajinan serta pengecer yang mungkin diterima oleh
pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya (Wiliam. J dalam
Juliadi, 2003).
Kualitas
produk adalah mencerminkan kemampuan produk untuk
menjalankan tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan atau kemajuan, kekuatan,
kemudahan dalam pengemasan dan reparasi produk dan ciri-ciri lainnya ( Kotler dan
Amstrong ). Kualitas
produk adalah kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu
termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan
pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.
e. Tujuan
Kualitas Produk
1) Mengusahakan
agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang telah ditetapkan.
2) Mengusahakan
agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3) Mengusahakan
agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil mungkin.
3.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas produk
Dalam hal mutuh suatu produk yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan kadang mengalami keragaman. Hal itu disebabkan
mutuh suatu produk itu dipengaruhui oleh beberapa faktor, dimana faktor-faktor tersebut
antara lain (Wiliam. J Stanton, 2002) :
a.
Manusia
Peranan manusia atau karyawan yang bertugas dalam perusahaan
sangat mempegaruhi secara langsung terhadap baik buruknya mutu dari produk yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Maka
aspek manusia perlu mendapat perhatian yang cukup. Perhatian tersebut dengan mengadakan
latihan-latihan, memberi motivasi, memberian jamsostek, kesejahteraan dan
lain-lain.
b.
Manajemen
Tanggung jawab atas mutu produk dalam
perusahaan dibebankan kepada beberapa kelompok yang biasa disebut dengan Function
Grup. Dalam hal ini pemimpin harus melakukan koordinasi yang baik antara function
grup dengan bagian-bagian lainnya dalam perusahaan tersebut. Dengan adanya
koordinasi tersebut maka dapat tercapai suasana kerja yang baik dan harmonis,
serta menghindarkan adanya kekacauan dalam pekerjaan. Keadaan ini memungkinkan
perusahaan untuk mempertahankan mutu serta meningkatkan mutu dari produk yang
dihasilkan.
1) Uang
Perusahaan
harus menyediakan uang yang cukup untuk mempertahankan atau meningkatkan mutu
produksinya.
2) Bahan
Baku
Bahan
baku merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan akan mempengaruhi
terhadap mutu produk yang dhasilkan suatu perusahaan. Untuk itu pengendalian
mutu bahan baku menjadi hal yang sangat penting dalam hal bahan baku. Perusahaan
harus memperhatikan beberapa hal antara lain: seleksi sumber dari bahan baku,
pemeriksaan dokumen pembelian, pemeriksaaan penerimaan bahan baku, serta penyimpanan.
Hal-hal tersebut harus dilakukan dengan
baik sehingga kemungkinan bahan baku yang akan digunakan untuk proses produksi
berkualitas rendah dapat ditekan sekecil mungkin.
4.
Ekologi Alam Papua dan
Masyarakat Noken Papua
Secara
geografis ekologis alam Papua dilihat dari tata letak alami, memiliki
karasteristik seperti yang dikutip dalam buku “Cermin Noken Papua, perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani
bahwa :
a. Tanah papua memiliki
luas wilayah sebesar 644.981 km2, terdiri atas 421.981 km2 daratan dan 228.000 km2 wilayah laut atau hampir 50% dari
total luasnya. Penduduk papua yang heterogen dan bervariasi berjumlah sekitar
2.233.530 jiwa (data tahun 2013). Tanah papua yang berlimpah ruah kekayaannya,
kehidupan flora dan fauna yang spesifik, jenis bahan baku pohon dan tumbuhan
sehingga memiliki daya tarik sendiri.
b. Batas Wilayah Tanah Papua
1)
Bagian
barat berbatasan dengan laut Arafuru dan Selat Seram, Provinsi Maluku, Maluku
Utara.
2)
Bagian
utara berbatasan dengan samudera pasifik (laut
bebas) dan Negara palau.
3)
Bagian
selatan berbatasan dengan selat Torres yang masuk dalam wilayah Australia,
serta PNG.
4)
Bagian
timur berbatasan langsng dengan Negara Papua New Guinea “PNG”, dikenal Pulau
Papua bagian timur.
c. Daratan Tanah Papua, berada di
ujung nusantara dengan posisi pada 0 derajat 19’-45’ lintang selatan, dan 130
derajat 45’-141’ derajat 48’ Bujur Timur. Wilayah Papua membentang dari batas
ke timur sejauh kurang lebih 1.200 km (dari Sorong hingga Jayapura) dan sekitar
736 km dari utara ke selatan (dari Jayapura sampai Merauke).
Ekologis
Alam Papua memiliki iklim hutan hujan tropis atau tropical rain forest di mana
pembagian musim hujan dan kemarau
karena pada musim kemarau pun curah
hujan tetap tinggi. Di bagian pantai
selatan Papua dipengaruhi oleh angin musom tenggara yang kering, bertiup dari
bulan mei hingga November. Sedangkan angin musom barat laut yang tertiup antara bulan desember dan
april mempengaruhi bagian utara Papua.
Penduduk Orang Asli Papua adalah runpun
malanesia yang merupakan penghuni tunggal di pulau Papua karena sudah bermukim
dari masa ke masa hingga kini dan akan tetap bermukim sebagai pewaris Bangsa
Papua di atas tanah leluhurnya. Tergolong dalam sekelompok pulau yang berada
timur laut Australia, terdiri dari Kepulauan bismark, Solomon, santa Cruz, Vanuatu,
Fiji, Lusiade, dan New Caledonia. Ini adalah pulau-pulau yang sama Rumpun Malanesia yang memiliki ciri-ciri, berkulit
hitam, berambut keriting, muka bulat, hidung tinggi serta lebar dan sering
melengkung.
Hutan
Papua dimanfaatkan untuk mencari dan mendapatkan makanan, mengambil kayu bakar,
mengambil kayu untuk bangunan, hutan
dimanfaatkan untuk berburu bahkan makanan atau kebutuhan
pokok lainnya disiapkan oleh alam
papua dan tinggal mengambil untuk menikmati dalam kehidupan sehari-hari. Demikian
juga dalam anyaman Noken Papua. Masyarakat
Asli Papua masuk dalam hutan untuk ambil bahan-bahan yang akan digunakan dalam
membuat atau menganyam Noken Papua, serat pohon, rumput rawa, anggrek dan
lainnya. Alam Papua memberikan jaminan dalam
membuat noken Papua dalam penuh
perhiasan dan model yang berbeda pula.
Dalam
bukunya, Titus Pekei (2012), Alam Tanah Papua adalah rumah makluk hidup secara
ekologis, baik penghuni flora, fauna, manusia dan segala isi alam sekitar lainnya. Salah
satu hal yang dilihat dengan jelas adalah tentang Noken dan Masyarakat Papua. Bahan-bahan
yang diambil untuk membuat noken tidak jauh dari alam Papua. Masyarkat
memanfaatkan alamnya dalam merajut Noken Papua yang kemudian noken mengandung
multi fungsi dalam kehidupan bersosial dengan masyarakat Non Papua atau
masyarakat pendatang dari luar penduduk asli Papua.
Dari
ulasan tentang ekologi alam Papua dan Masyarakat Noken Papua maka dapat menarik
benang merah bahwa alam
papua menyediakan bahan-bahan mentah untuk bisa diambil, diolah, dan
dijadikan sebagai Noken Papua berdasarkan nilai-nilai sosial, ekonomi,
filosofi, religius dan nilai budaya di mata dunia. Noken dinilai, dihargai dan
diakui identitas budaya dengan cara pandang pihak lain yang seakan-akan tidak
berbudaya, bernilai, berkarakter, apabila menghayati identitas, artibut dan
jati diri pengguna menurut kearifan lokal secara Papuani.
5.
Kemahiran Budaya Noken
Membuat
noken membutuhkan proses yang sangat detail dan kompleksitas. Noken tidak
langsung anyam dan dijadikan sebagai noken yang berguna dalam segala hal
kehidupan manusia, namun membuat noken dimulai dengan bagaimana orang Papua
mengenal bahan baku alami konversional tangan secara manual. Mengenal bahan
baku alami adalah cara proses menjadi benang pintal yang siap untuk dianyam
menjadi sebuah noken Papuani.
Sekalipun
mengakui dirinya orang noken “Orang Papua”, tetapi tanpa melalui proses alami
secara konversional sulit mengenal dan
sama saja buta terhadap tradisi merajut dan menganyam noken sekalipun dia orang
papua yang berasal dari noken. Sebelum anyam menjadi noken, orang Papua sudah
berpikir matang atas noken yang kemudian akan dihasilkan sesuai dengan
kemahiran alam pikir dan alam tindak pengrajinnya.
Pada
saat proses pembuatan noken, kadang-kadang menggunakan warna alami
diatas pintal serat pohon, kulit kayu yang sudah diguling atau siap dipakai.
Dalam proses mewarnai tergantung perajinnya sendiri. Artinya, mau pilih warna
seperti apa tergantung pada orang yang akan anyam noken tersebut.
Itulah
artinya bahwa noken bercermin diri sesuai dengan kemahiran yang dimilikinya. Melalui noken manusia kembali bercermin atas alam pikir, alam tindakan dan alam kreasi yang
dimilikinya. Ada noken yang memang
pantas diberikan warna anggrek dan ada noken yang memang tidak pantas untuk
diberikan warna anggrek.
Perajin
noken telah mengenal petingnya noken menurt dimensi waktu dari masa ke masa. Perajin
mengenal kapan dan dimana noken bisa dianyam. Orang Papua anyam noken tidak
serta-merta di dalam berbagai tempat, mereka merajin noken pada waktu-waktu
yang tepat yang tidak menggangu aktivitas
orang lain. Noken tidak bisa dianyam di kebun, di pasar, dan noken tidak bisa dianyam dalam rapat-rapat
resmi. Namun, orang Papua benar-benar memilih waktu dan tempat yang tepat untuk
melakukan anyaman tersebut
6.
Bahan
Kulit Kayu Damiho (Anthocephalus cadamba)
Gambar 1. Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba);
( foto, Ida
kuayo. Papua)
a.
Klasifikasi
dan Tata Nama Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba )
Kingdom
|
:
|
Plantae
|
Subkingdom
|
:
|
Tracheobionta
|
Superdivisio
|
:
|
Spermatophyta
|
Divisi
|
:
|
Magnoliophyta
|
Kelas
|
:
|
Magnoliopsida
|
Subkelas
|
:
|
Asteridae
|
Ordo
|
:
|
Rubiales
|
Famili
|
:
|
Rubiaceae
|
Genus
|
:
|
Anthocephalus
|
Spesies
|
:
|
Anthocephalus cadamba
|
b.
Morfologi Tanaman Damiho (Anthocephalus
cadamba)
Damiho adalah pohon berukuran besar dengan tinggi
yang pernah diketemukan hingga mencapai 45 m, batang bundar (silindris) dan tegak lurus, memiliki
diameter batang 100 – 160 cm namun umumnya lebih kecil, bertajuk tinggi dengan
cabang mendatar, berbanir sampai ketinggian 1.50 m, kulit luar berwarna kelabu
cokelat sampai cokelat, sedikit beralur dangkal.
Daun – daun berukuran panjang 13 – 32 cm dan lebar 7
– 15 cm, ujung daun runcing hingga meruncing, memiliki tangkai daun yang jelas
berukuran 2.5 – 6 cm, kepala bunga (flower heads) memiliki lebar 3 – 5 cm.
Damiho akan mulai berbunga pada umur 4 tahun.
Batang tanaman Damiho berbentuk silindris yang
tumbuh lurus meninggi tanpa cabang permanen, sifat ini justru menguntungkan
dalam pemeliharaan karena tidak membutuhkan
pemangkasan dan batangnya mulus tidak bermata. Kulit kayu Damiho dikatakan
berserat lurus karena arah serat orientasi longitudinal Sel-sel dominan dengan
penyusun kulit kayu terhadap sumbu batang. Sebaliknya apabila orientasi sel-sel
tersebut membentuk sudut terhadap sumbu batang, maka kayu dikatakan berserat
miring.
Serat miring dapat dibedakan atas serat berpadu,
serat terpilin, serat berombak dan serat diagonal. Pada umumnya kayu berserat
lurus lebih banyak diminati oleh mama-mama papua yang memanfaatkan serat
kulitnya sebagai bahan baku noken (Tsoumis,
2007).
c.
Kandungan kimia pada serat kulit tanaman
damiho (Anthocephalus
cadamba )
Sifat kimia
adalah sifat kulit kayu yang dihubungkan dengan kandungan dan komposisi relatif
senyawa kimia penyusun dinding sel kayu terutama selulosa, hemiselulosa,
lignin, zat ekstraktif dan bahan anorganik lainnya (Bowyer et al. 2003).
Hemiselulosa (Hemicelulose) merupakan konteks korbohidrat
yang terdiri atas asam poliuronat bergabung dengan xilosa, glukosa, manosa dan
arabinosa; ditemukan bersama-sama dengan selulosa
dan lignin dalam dinding sel tumbuhan. Kebanyakan gom dan lencir termasuk dalam
kumpulan senyawa ini.
Selulosa (Cellulose) merupakan polisakarida struktural yang tersusun
atas unit glukosa panjang dan tidak bercabang yang dirangkaikan
melalui ikatan glikosida B (1Ã 4). Selulosa ditemukan dalam tumbuhan sebagai
bahan pembentuk dinding sel. Selulosa
merupakan senyawa organik alami yang
paling banyak di temukan di bumi. Dalam
dunia tanaman, selulosa merupakan
komponen struktur dinding sel, bahkan terkadang merupakan kompnen utama (abdul
Hamid A.Toha, ensiklopedia biokimia dan biologi molekuler, 2010).
Selulosa tersusun atas unit-unit glukosa yang dihubungkan
dengan ikatan glikosida beta (1Ã ) Kemantapan ikatan hidrogen rantai-rantai
cukup tinggi, sehingga apabila rantai-rantai
selulosa tersusun secara pararel
membentuk serabut selulosa, serabut
tersebut akan menjadi sangat kuat dan tidak larut dalam air. Pada dinding sel tanaman, serabut selulosa tersusun menjadi
berlapis-lapis dan diperkuat lagi oleh senyawa polisakarida lain, seperti hemiselulosa,
paktin dan lignin (abdul Hamid A.Toha, ensiklopedia biokimia dan biologi molekuler, 2010).
d.
Tempat Tumbuh
dan Penyebaran Alamia
Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba) merupakan tanaman pioner yang dapat tumbuh baik pada tanah-tanah aluvial
yang lembab dan umumnya dijumpai di hutan sekunder di sepanjang bantaran sungai dan
daerah transisi antara daerah berawa, daerah yang tergenang air secara permanen
maupun secara periodik. Beberapa tanaman
damiho terkadang juga ditemukan di hutan primer. Tanaman Damiho (Anthocephalus
cadamba) tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah, terutama pada tanah-tanah yang subur
dan bererosi baik (Soerianegara dan
Lemmens, 1994).
Kondisi lingkungan tempat tumbuh yang dibutuhkan
oleh tanaman damiho adalah tanah lempung, Podsolik
cokelat, dan Aluvial lembab yang biasanya terpenuhi di daerah pinggir sungai,
daerah peralihan antara tanah rawa, dan tanah kering yang kadang-kadang
tergenangi air. Umumnya, damiho ditemukan di hutan sekunder dataran rendah dan
dijumpai di dasar lembah, sepanjang sungai dan punggung-punggung bukit (Mansur dan Tuheteru, 2010).
Tanaman damiho (Anthocephalus cadamba) juga dapat
tumbuh dengan baik di tanah liat, tanah lempung Podsolik coklat, tanah berbatu. Damiho termasuk tanaman yang toleran terhadap
tanah asam, tetapi pertumbuhannya menjadi kurang optimal bila ditanam pada
lahan yang berdrainase jelek. Kondisi iklim tempat tumbuh yang sesuai untuk damiho
adalah tipe iklim basah sampai kering (Mansur dan Tuheteru, 2010).
Damiho juga dapat tumbuh secara alami di lahan-lahan bekas tambang di Papua, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Barat yang memang
kondisinya ekstrim, yaitu di tanah dengan pH yang rendah (pH = 4) dan tidak
subur, terendam air serta kondisi lingkungan yang sangat terbuka dengan suhu yang relatif
tinggi. Kelebihan tanaman damiho itulah yang membuat damiho potensial sebagai alternatif untuk dipilih sebagai
bahan noken (Mansur dan Tuheteru, 2010).
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman
damiho. Pada habitat alaminya, suhu
maksimum untuk pertumbuhan damiho berkisar 32–42 ˚C dan suhu minimum berkisar
3–15,5 ˚C. Tanaman damiho (Anthocephalus cadamba) tidak
toleran terhadap cuaca dingin, rata-rata
curah hujan tahunan di habitat alaminya berkisar 1.500–5.000 mm. Tanaman damiho (Anthocephalus cadamba) dapat
pula tumbuh pada daerah kering dengan
curah hujan tahunan sedikitnya 200 mm, misalnya di papua. Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba) tumbuh
baik pada ketinggian 300–800 m di atas permukaan laut.
7.
Bahan Serat Tanaman Epiho (Guazuma
ulmifolia LAMK)
a. Asal
dan Taksonomi Tanaman Epiho
Gabar 2.
Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia LAMK);
(foto, Melli
nokuwo. Papua)
Tanaman epiho (Guazuma ulmifolia LAMK) tumbuh dan berkembang di daerah yang
beriklim tropis. Tanaman epiho (Guazuma
ulmifolia LAMK) dalam sistematika tumbuhan menurut Jaka Sulaksana (2005)
termasuk ke dalam klasifikasi
Kingkom
|
:
|
Plantae
|
Divisi
|
:
|
spermatphita
|
Sub kelas
|
Angiospermae
|
|
Kelas
|
:
|
Dkotiledonae
|
Ordo
|
:
|
Malvales
|
Family
|
Sterculiceae
|
|
Genus
|
:
|
Guazuma
|
Spesies
|
:
|
Guazuma ulmifolia LAMK
|
b. Morfologi
Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia LAMK)
Tanaman
Epiho merupakan tanaman yang tingginya kurang lebih 10 meter. Berbatang keras,
bulat, permukaan kasar, banyak
alur, berkayu, bercabang
dan berwarna hijau keputih-putihan. Kulit kayu pada batang yang sudah
berkayu tidak banyak terdapat serat dan
pada batang tanaman yang mudah menghasilkan banyak serat.
Daun
pohon Epiho tunggal, bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip, dan letaknya berseling.
Panjang daun sekitar 4–22,5 cm, pada bagian bawah daun berbulu. Panjang tangkai
daun sekitar 5–25 mm. Epiho mempunyai daun penumpu yang berbentuk lanset
atau berbentuk paku dengan panjang antara 3-6 mm.
Bunga
tanaman Epiho tunggal,
bulat dan muncul dari ketiak
daun. Bunganya yang belum matang berwarna hijau muda dan putih bagi buah yang
sudah matang. Bentuk bunga agak ramping,
berjumlah banyak, beraroma harum.
Panjang kelopak bunga sekitar 3-4 mm dengan tajuk terbagi menjadi dua bagian. Tajuknya berwarna ungu tua dan
kadang-kadang menjadi kuning tua. Panjang tajuk 3-4 mm. Bagian bawah tajuk
berbentuk garis dengan panjang 2-2,5 mm.
Buah
Epiho berbentuk kotak atau agak bulat, keras permukaan berduri dan berwarna hitam. Biji-Biji
Epiho kecil, keras, berdiameter 2 mm, hanya 2½ – 3½ cm,
berwarna kuning kecokelatan dan berbentuk telur terbalik, agak persegi, dengan bungkus halus tersekap dalam kotak kuning yang mengandung banyak
lendir. Akar Pohon Epiho tunggang dan berwarna putih kecoklatan
( anonim, 2005).
c. Kandungan
kimia pada serat batang Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia LAMk).
Kulit
batang Epiho mengandung lendir sebanyak 10%, sedangkan daunnya mengandung asam
dammar 9,3% dan zat samak 2,7%. Kandungan kimia dari tanaman epiho adalah
seluruh bagian mengandung bahan aktif seperti tanin dan musilago. Kandungan bahan aktif
yang juga diketahui terdapat pada hampir semua
bagian tanaman adalah ß-sitosterol,
kafein, friedelin-3a-asetat, friedelin- 3ß-ol, terpen, triterpen, karotenoid, resin, glukosa,
asam lemak, asam fenolat, zat pahit, karbohidrat, serta minyak lemak (anonym, 2005).
Daun
dan kulit batang epiho mengandung alkaloida, flavonoida, saponin, dan
tanin. Sementara kulit batang mengandung
10% zat lendir, 9.3 % damar-damaran, 2.7% tanin, beberapa zat pahit,
glukosa dan asam lemak. Tanaman epiho juga memiliki bau aromatik yang lemah karena mengandung
kafein sterol, dan asam fenolat (Sulaksana dan Jayusman, 2005).
d. Syarat
Tumbuh Epiho (Guazuma ulmifolia LAMK).
Tanaman
Epiho dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, dari tanah subur hingga berbatu, tetapi pertumbuhan terbaik ada di dataran
rendah pada tipe tanah alluvial dan liat. Tanah Alluvial disebut juga tanah
endapan karena terbentuk dari endapan lumpur
yang terbawa air hujan ke dataran rendah. Tanah ini
bersifat subur karena terbentuk dari kikisan tanah humus. Tanah liat atau
lempung terdiri atas butiran-butiran liat
yang halus sehingga bersifat liat.
Tanaman
ini ditemukan di hutan kering maupun basah, biasanya merupakan vegetasi dari hutan sekunder. Hutan
sekunder adalah hutan yang sebelumnya mengalami kerusakan lingkungan baik oleh
perbuatan orang maupun oleh kerusahkan secara alami. Lingkungan tumbuhnya pada daerah dengan
ketinggian 0 sampai 1200 m dari permukan laut dengan curah hujan tahunan 700
sampai 1500 mm dan musim kering 4 sampai 7 bulan. Tanaman ini merupakan
tanaman pioner merupakan tanaman yang pertama kali tumbuh pada lahan yang
kosong (Valkemburg dan Horsten, 2001).
e. Evaluasi
Kesesuaian Lahan
Evaluasi
kesesuaian lahan adalah proses penilaian tampilan atau keragaan (performance) lahan jika digunakan untuk
tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk
lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat
mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang
mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Inti dari evaluasi kesesuaian lahan adalah
membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang
akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian / kemampuan lahan untuk jenis penggunaan lahan tersebut
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).
Evaluasi lahan
memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam
kualitas lahan (land qualities) dari
setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan
(land characteristics).
8.
Serat Pada Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba), dan Tanaman Epiho (Guazuma
ulmifolia LAMK)
Serat merupakan sel atau jaringan serupa
benang atau jala panjang yang terdapat di dalam batang kulit kayu. batang (caulis) merupakan bagian dari pucuk
yang mempunyai bagian-bagian antara lain, ruang batang (node) tempat duduknya daun, dan buku batang (internode) yang merupakan segmen-segmen diantara ruas batang, dan ketiak
daun (pucuk axial) yang bersifat embrionik dan dorman. Bagian ini terdapat di atas
daun yang membentuk sudut antara batang dan daun.
Pada bagian ujung (apex) disebut pucuk terminal yang dapat tumuh memanjang karena
terdapat apikal dominan (meristem
apical). Modifikasi dari batang bermacam-macam sesuai dengan fungsinya,
misalnya stolon (strawberry), rhizima, dan umbi (bawang). Pada tumbuhan
angiospermae terdapat tiga tipe batang yaitu tipe rumput (kalamus), tipe lunak berair ( herba atau terna) dan tipe berkayu. Tumbuhan yang berkayu umumnya berbatang keras, tebal,
dan panjang. Permukaan batang yang tua terdapat lentisel pada tempat tempat tertentu. Lentisel berfungsi sebagai
tempat keluar masuknya gas pada tumbuhan (yanto, 2004).
a. Struktur
anatomi batang
Pada
ujung batang yang sedang tumbuh, terbentuk jaringan primer. Dari
luar kedalam jaringan primer terdiri atas jaringan berikut ini :
1. Protoderma,
merupakan bagian luar yang akan membentuk epidermis
2. Prokambium,
terletak dibgian tengah, sel-selnya lebih panjang. Jaringan ini akan membentuk jaringan pembuluh xilem dan floem serta cambium vaskuler (cambium
yang terletak antara xilem dan floem)
3. Meristem
dasar, merupakan jaringan yang akan membentuk empulur dan korteks.
b. Sifat-sifat
batang
1. Berbentuk
panjang, bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain tetapi
selalu bersifat aktinomorf, artinya bila batang dibelah menjadi dua batang yang
setangkup dapat dibuat banyak bidang simetri.
2. Beruas-ruas
yang masing-masing ruas dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah
terdapat daun.
3. Tumbuh
ke atas menuju cahaya sinar matahari.
4. Selalu
bertambah panjamg ujungnya, sehingga mempunyai pertumbuhan tak terbatas.
5. Mengadakan
percabangan.
6. Umumnya
tidak berwarna hijau kecuali rumput-rumputan, biasanya putih kecoklatan / putih
kekuningan.
c. Fungsi
batang
1. Mendukung
bagian tumbuh-tumbuhan yang lain, misalnya daun, bunga, buah.
2. Sebagai
tempat pengambilan serat yang digunakan sebagai bahan baku noken.
3. Merupakan
jalan pengangkutan air dan zat-zat
makanan dari bawah ke atas dan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari bawah ke
atas.
4. Sebagai
tempat penimbunan makanan, misalnya kentang bila telah mengalami metamorfosis.
5. Mempunyai
arti ekonomi sebagai bahan bangunan, bumbu masak, obat dll.
d. Struktur
primer batang
Berikut
akan dibahas struktur primer batang monokotil dan dikotil :
1. Struktur
primer batang monokotil
Struktur primer batang monokotil
terdiri dari epidermis pada bagian luar, dan pada bagian dalam terdiri dari
ikatan pembuluh, empulur, dan sklerenkima. Ikatan pembuluh pada struktur primer
batang monokotil tersebar acak hingga ke empulur, sehingga korteks dan silinder pusat tidak tampak.
2. Struktur
primer batang dikotil
Struktur primer batang
dikotil dibangun oleh jaringan-jaringan primer sebagai berikut
a) Epidermis,
merupakan jaringan berbentuk sel-sel pipih yang berfungsi melindungi jaringan
di dalamnya. Dinding sel epidermis tebal dan dilapisi oleh kutin atau kutikula.
b) Korteks,
merupakan jaringan yang terletak dibawah epidermis yang tersusun dari
sel-sel paremkima yang berbentuk
bulat, berdinding tipis, dan bervakuola besar. Fungsi utamanya adalah menyimpan
cadangan makanan. Pada beberapa jenis tumbuhan dindingnya mengalami penebalan
membentuk kolenkima dan sklerenkima yang berfungsi memperkuat batang.
c) Stele
atau silinder pusat, merupakan bagian terdalam dari batang. Lapisan terluar
dari silinder pusat dibatasi oleh perisikel atau perikambium. Stele tersebut
disusun oleh xilem primer, floem primer, cambium vaskuler dan empulur.
Floem primer merupakan jaringan majemuk / kompleks karena tersusun oleh beberapa macam sel yang mampu mengangkut zat
organik hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain dari tumbuhan. Pendukung utama
pengangkutan pada floem adalah elemen floem yang berupa sel-sel pipa yang
ujungnya mempunyai tapisan (saringan) sehingga disebut pembulu tapis. Serabut floem kecil dan panjang
dengan penebalan dinding oleh lignin dan pada sel yang tua tidak
berprotoplasma.
Kambium vaskuler (cambium vaskuler) merupakan jaringan yang bersifat meristematik dan terbentuk dari prokambium. Cambium ini
terletak diantara jaringan xilem dan floem. Pembelahan ke arah luar dari sel-sel cambium akan membentuk floem
sekunder sedangkan ke arah dalam akan membentuk xilem sekunder.
xilem primer, merupakan jaringan
kompleks, yang terbentuk pada pertumbuhan primer. Jaringan xilem primer merupakan jaringan kompleks
karena tersusun oleh sel-sel pembuluh xilem
dan trakeit. Empulur bagian dalam dari batang yang tersusun oleh sel-sel parenkima sebagai tempat
penyimpanan makanan.
e. Struktur
sekunder batang
Berikut
akan dibahas struktur sekunder batang dikotil. Tumbuhan dikotil yang sudah tua selain memiliki jaringan primer juga memiliki jaringan sekunder yang
terbentuk akibat pertumbuhan dari aktivitas cambium. Macam-macam jaringan sekunder pada tumbuhan
dikotil akan dijelaskan sebagai berikut.
1.
Floem
sekunder, merupakan jaringan floem yang letaknya lebih dalam
dari floem primer, yang dibentuk oleh cambium ke arah luar.
Akibat terus terbentuknya jaringan floem sekunder menyebabkan batang tanaman
dikotil terus membesar atau mengalami pertumbuhan sekunder.
2.
Xilem
sekunder, merupaka
jaringan xilem yang dibentuk oleh jaringan kambium ke arah dalam. Letak
xilem sekunder lebih ke arah luar dari pada letak xilem primer. Pertumbuhan
jaringan xilem sekunder yang terus menerus menyebabkan pembentukan jari-jari xilem
semakin besar. Pertumbuhan jari-jari xilem tidak sama setiap tahun, hal ini
tergantung pada curah hujan, persediaan
air dan makanan, dan pengaruh musim. Fenomena tebal tipisnya pertumbuhan jari-jari
batang atau cepat lambatnya pertumbuhan membesar menyebabkan terbentuknya
lingkarang tahun yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur tumbuhan.
3.
Gabus
dan cambium gabus, merupakan jaringan yang dibentuk oleh
fologen (Kambium gabus) ke arah luar, sedangkan ke arah dalam fologen akan membentuk
feloderma atau parenkima gabus. Gabus
atau felem terdiri dari sel-sel berbentuk kotak, dinding selnya mengalami
penebalan oleh suberin, dan bersifat impermeable (Sri Maryati dkk, Biologi XI
Tabel 8. Perbedaan Struktur Anatomi Batang Monokotil
dan Dikotil
Monokotil
|
Dikotil
|
Batang tidak bercabang-cabang
|
Batang bercabang-cabang
|
Pembuluh angkut tersebar
|
Pembuluh angkut teratur dalam susunan lingkarang atau berseling radikal
|
Tidak mempunyai kambium Vaskuler, sehingga tidak dapat tumbuh membesar
|
Mampunyai kambium vaskular, sehingga dapat tumbuh membesar
|
Mempunyai meristem interkalar
|
Tidak mempunyai meristem interkalar
|
Tidak memiliki jari-jari empulur
|
Jari-jari empulur berupa deretan parenkima di antara
berkas pengangkut
|
Tidak dapat dibedakan antara daerah korteks dan empulur
|
Dapat dibedakan antara daerah korteks dan empulur
|
(Sumber;
biologi SMA XI)
9.
Bahan
Anggrek Hitam Dan Kuning (Phalaenopsis
Amabilis)
Gambar 3. Tanaman Anggrek (Phalaenopsis
Amabilis);
(foto, Theresia tebai. Papua)
a. Taksonomi
dan Morfologi Anggrek
Kedudukan
tanaman anggrek bulan dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan diklasifikan sebagai berikut
Kingkom
|
:
|
Plantae
|
Divisi
|
:
|
Spermatophita
|
Sub divisi
|
:
|
Angiospermae
|
Kelas
|
:
|
Monokotiledon
|
Ordo
|
:
|
Orchidales
|
Family
Genus
|
:
:
|
Orchidaceeae
Phalaenopsis
|
Spesies
|
:
|
Phalaenopsis amalia
|
Varietas
|
:
|
Phalaenopsis papuana
|
Susunan tubuh tanaman anggrek bulan
terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Tanaman
anggrek bulan bersifat epifit. Epifit berasal
dari kata epyphyt
yang terdiri atas kata epi dan phytos berarti tanaman. Tanaman epifit ditandai dengan karakter pertumbuhannya yang melekat pada permukaan kulit pohon dengan
seluruh bagian tumbuhan (akar, batang dan daun) berada di udara.
Pengertian praktis tanaman epifit adalah
tanaman yang hidupnya menumpang pada tanaman lain tanpa merugikan tanaman yang
ditumpanginya. Akar tanaman anggrek bulan ini terdiri atas dua yaitu akar lekat dan akar udara. Akar lekat berfungsi untuk melekat dan menahan keseluruhan tanaman agar tetap berada pada
posisinya ada pun akar udara berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena berkemampuan untuk menyerap unsur hara.
Batang tanaman anggrek bulan berukuran amat pendek bahkan kadang-kadang tidak tampak karena tertutup pelepah daun. Daun
berbentuk lanset atau bundar
panjang sampai jorong dengan panjang
antara 20cm - 30cm dan lebar 30cm -12cm berdaging tebal berwarna hijau kelam
hijau mudah, hijau ungu-unguan sampai hijau kemerah-merahan. Pertumbuhan
tanaman anggrek bulan tergolong dalam
tipe simpodial yaitu memiliki tipe pertumbuhan ujung batang kesat arah keatas dan terbatas. Adapun tipe pertumbhan karangan bunganya (inflorencentia) tumbuh dari pangkal
atau samping batang. Bunga tersusun dalam rangkaian berbentuk tanda bercabang tangkai bunga berbentuk panjang antara 15cm-100cm (yahya
2006)
10. Masyarakat Papua Dalam Merajut Dan
Memfungsikan Noken
Dilain
kesempatan, noken selalu disamakan dengan tas yang di produksi dari pabrik.
Namun Masyarakat Noken Suku Bangsa
Papua, Ras Malanesa di ujung Nusantara Indonesia tetap mengatakan bahwa noken
tidak sama dengan tas atau kantong. Noken tetap noken dan
tas tetap tas.
Hal
ini juga ditegaskan oleh Titus Pekei (2012), salah satu anggota Tim Nominasi
Noken Papua dalam bukunya yang berjudul “Noken Cermin Papua, Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani” bahwa noken tetap noken dan tas tetap tas sebab
bahan baku noken benar-benar dari alam yang bersifat alami, sedangkan tas atau
kantong adalah hasil produksi pabrik. Sementara
itu, Masyarakat Noken Papua juga meyakini dan memaknai sebagai noken hidup yang bernilai ekonomi, religi, filosafi, dan juga
sebagai mata budaya warisan.
a.
Pembuatan
Noken Papua
Proses
pembuatannya ialah tidak terlepas dari alam pikir dan alam tindakan dari pengerajin itu sendiri. Namun sebelumnya
para perajin mengambil kulit kayu dari
hutan dengan tujuan membuat noken secara manual dengan bantuan alam pikir dan
alam tindak yang disebut sesuai kemahiran. Setelah mengambil bahan di hutan, selanjuutnya
dikuliti sambil dibersikan atau dihaluskan dengan tangan diatas paha perajin
noken itu sendiri.
Merajut
noken secara alami / manual
atau konvensional namun terdapat nilai
dalam kehidupan sehari-hari, mempunyai
makna hidup dan dapat berfungsi dalam segi
kehidupan manusia papua. Hasil
imajinasi alami dengan keunikan dan kekhasannya
menurut keyakinan di masing-masing suku bangsa yang mendiami di atas tanah
papua yang dikenal juga karena kekayaan alamnya.
1. Merajut
noken
Merajut
berasal dari kata rajut dan menghasilkan noken rajutan tangan manusia.
Merajut adalah aksi dalam
proses pembuatan noken. Merajut dari benang pintal tangan
manusia dapat diawali dengan angka
delapan kemudian dapat dikaitkan menjadi satu kali secara ketat
maupun jaring. Rajut antara satu dan lainnya akan terkait horizontal mengikar
datar dan vertikal mengingkar ke bawah atau ke
atas tergantung perajut tangan tersebut.
Proses
merajut menggunakan jarum alami yang
dibuat dari tulang hewan, kayu keras pilihan perajut, dan juga dari kawat besi bekas. Di ujung jarum dilubangi oleh tangan Para
perajin berdasarkan keahliannya. Lubang pada ujung
jarum merupakan tempat memasukan benang
pintal yang siap untuk dianyam. Ukuran dan
model noken disesuaikan oleh jarum. Ketika merajut noken dapat disesuaikan terbuka atau
ketat oleh bentuk jarum atau jarum
adalah penentu dalam membuat noken
berukuran dan bermodel.
2. Noken
rajutan
Rajutan
merupakan hasil dari proses pembuatan
noken atau hasil merajut. Perajut adalah perajin noken yang hendak merajut
noken. Hasil rajutan disebut juga noken. Noken yang dihasilkan memiliki keragaman
bentuk dan jenis serta motif. Jenis
noken yang dihasilkan terdiri dari dua jenis yaitu noken anggrek dan noken
kulit kayu atau disebut dengan bebii agiha. Bentuk noken yang
dihasilkan terdiri dari tiga bentuk yaitu, besar, sedang dan kecil.
3. Noken
rajut jaring tangan
Noken
Papua adalah hasil rajutan jaring tangan manusia dan jarum yang digerahkan oleh tangan manusia secara manual
merupakan hasil menarik dan bernilai
tinggi maka noken merupakan hasil
gerahkan jari tangan manusia. Noken rajutan tangan terdapat dua jenis, yaitu
noken jaring ketat (tikine agiha) dan
noken jaring terbuka ( gokoga agiha).
Noken
jaring ketat difungsikan mengisi dan menyimpan berbagai kebutuhan yang bisa dibawah kemana pengguna
hendak pergi. Noken jaring ketat ini juga bisa disimpan di rumah sebagai lemari
hebat yang mengisi barang-barang berharga dan yang bersifat rahasia. Noken ini
bisa dijadikan sebagai lemari penyimpan barang pribadi maupun milik
keluarganya (Tim Nominasi Noken Papua, 2012).
b.
Noken
Difungsikan Dalam Kehidupan Manusia Papua
Noken
sebagai pelekat manusia maka Tim
Nominasi Noken Papua, Titus Pekei (2012) menyebutkan noken sebagai “rumah
berjalan”. Hal ini dikatakan karena para pengguna noken selalu mengisi barang
dan noken selalu bersedia untuk menampun
membawa segala barang itu entah berapa pun jarak yang ditempuh oleh Manusia
noken.
Masyarakat
Hukum Adat Papua benar-benar menghayati noken sebagai kekuatan yang diakui kebudayaan suku bangsanya sejak
mereka kenal noken dalam kehidupan manusia “ diri manusia” maka dapat
dimeteraikan dalam kegunaan yang berfungsi seperti yang dikemukakan oleh Titus
Pekei (2012) dalam bukunya “ noken cermin
papua, perspektif kearifan mata budaya papuani” sebagai berikut:
1.
Noken difungsikan menjadi pelindung diri
bagi pengguna atau pemilik noken termasuk perajin.
2.
Noken difungsikan menjadi bantalan
kepala saat istirahat kapan dan dimana saja.
3.
Noken difungsikan untuk mengisi dan
menyimpan barang berharga dan tidak berharga.
4.
Noken difungsikan dalam menyelesaikan
masalah-masalah lain seperti masalah ekonomi, pendidikan dan agama. Artinya,
ketika masyarakat melihat ada masalah dalam pendidikan maka mereka alas noken
untuk menyelesaikan. Yang disebut dengan “ebaa mukaii” demikian juga masalah
lainnya.
5.
Noken difungsikan untuk menunjang
kelangsungan hidup namun dimanfaatkan menurut bentuk dan model tempat isi.
6.
Noken difungsikan dalam konflik untuk
didamaikan konflik antara kedua kubu.
7.
Noken difungsikan dalam politik untuk
mengisi surat suara dalam pesta demokrasi.
8.
Noken berfungsi untuk melengkapi diri
dengan memasukan berbagai barang sesuai kebutuhan sehari-hari.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dalam skripsi ini adalah :
1. Mempelajari
tentang pengaruh penggunaan noken anggrek sebagai produk khas
terhadap masyarakat berdasarkan kualitas. Dari hasil analisis tersebut dihasilkan kualitas noken anggrek
dipengaruhi oleh penggunaan noken anggrek oleh Masyarakat
Papua (Lakitoo 2013).
2. Mempelajari
tentang Noken dan Pilpres 2014. Dari hasil analisis tersebut dihasilkan noken dianggap sebagai produk yang bernilai dan
bermakna ( Donatus Mote 2014).
Diinfokan
bahwa dalam penelitian ini tidak
banyak penelitian relevan yang dimuat karena noken mendunia
atau sudah diakui oleh UNESCO melalui
PBB pada tahun 2012 sehingga tidak banyak
orang yang mengadakan penelitian tentang
noken.
C. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berpikir dari analisis
ini adalah berdasarkan pemikiran bahwa Noken merupakan sejenis tas tradisional yang disulam secara tradisional dari bahan alami yang berasal dari tanaman seperti tanaman kulit damiho dan serat epiho serta tanaman anggrek. Namun, noken bukanlah
tas tetapi noken adalah noken karena
noken sudah mentradisi sebagai unsur kebudayaan dan menjadi identitas
diri dalam masyarakat. Noken sebagai
atribut budaya dan melalui noken telah menjati-diri dalam komunitas perajin
noken itu sendiri. Noken telah menjadi salah satu kerajinan tangan khas
Papua.
Noken
dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, sampai
barang-barang belanjaan. Ukuran noken
bermacam-macam berdasarkan kegunaanya yaitu Noken berukuran besar dengan sebutan “hatto” berdominan untuk mengisi bibit ubi jalar, serta mengisi
kayu bakar. Selain itu, ukuran sedang dengan sebutan “utee atau gapago” digunakan untuk mengisi bahan makanan
dan menggendong bayi dan noken yang berukuran kecil dengan sebutan “ mitu”
adalah noken yang sangat mendukung untuk mengisi uang serta barang-barang rahasia. Tak hanya
itu, noken juga dipakai dalam upacara
dan sebagai kenang-kenangan untuk tamu.
Noken
memiliki makna dan kedudukan sangat penting di dalam struktur kehidupan
tradisional masyarakat Meepago, tidak semua orang dapat membuatnya, walau
terlihat cukup sederhana ternyata hanya perempuan Meepago yang dapat menyulam serat-serat dari
pelepah kulit kayu ini menjadi sebuah tas. Apabila seorang perempuan belum dapat
membuat noken maka dia dianggap belum
dewasa dan belum layak untuk menikah. Secara adat, laki-laki papua tidak
diperbolehkan membuat noken, karena noken adalah simbol kesuburan kandungan
seorang perempuan.
Bahan
dasar dari noken adalah tanaman damiho (Anthocephalus
cadamba) dan tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia). Kedua bahan baku ini akan dikombinasikan atau dihiaskan dengan tanaman
anggrek berwarna kuning dan berwarna hitam. Pengambilan serat berbeda antara Kedua
tanaman yaitu untuk tanaman Damiho diambil seratnya dari kulit kayu
dan pada tanaman Epiho diambil yang masih
lengket pada batang tanaman.
Serat
tanaman kulit kayu Damiho dan tanaman serat Epiho mengandung jaringan
sklerenkim. Jaringan sklerenkim berfungsi sebagai penyokong atau
penguat. Jaringan sklerenkim mengandung
senyawa selulosa. Senyawa selulosa memberikan penguat pada tanaman
yang lunak yaitu pada serat Epiho
karena serat yang akan diambil untuk merajut noken adalah dari tanaman yang
bisa berdeferensiasi. Pada serat damiho serat selulosanya dari sel sekunder dan sel
primer. Serat yang terdapat pada batang tanaman yang mudah dan dewasa.
Masing-masing
tanaman tumbuh di daerah yang beriklim tropis. Tanaman
Epiho hidup baik di daerah setinggi 500
sampai 1.200 meter di atas permukaan laut. Tanaman Damiho (Anthocephalus
cadamba) dan epiho tumbuh di tanah papua.
Tanaman Damiho umumnya tumbuh di pinggir
hutan dan di atas tanggul sungai. Tanaman anggrek bulan dengan varietas (Phalaenopsis
papuana) ditemukan di Daerah Provinsi Papua Wilayah Meepago. Tanaman
tersebut saat ini dapat dimanfaatkan semua organ tanaman oleh orang luar negeri
dan kulitnya dimanfaatkan oleh orang Papua pada umumnya dan lebih khususnya
masyarakat Meepago.
Namun kenyataannya, setelah tas produk teknologi
masuk ke Papua noken yang dibuat dari
bahan alami jarang dirajut atau dianyam
sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperluhkan suatu mata pelajaran muatan lokal di setiap sekolah di
Papua agar melalui pendidikan dapat menjelaskan kualitas noken sebagai produk khas dan unik di
Papua.
Melalui penelitian ini juga diharapkan
untuk memaknai atas Budaya Noken Papua dan dapat melestarikan dengan cara
menanam tanaman-tanaman yang bisa dijadikan noken agar memudahkan untuk mendapatkan
bahan baku noken, dan mengadakan penelitian
selanjutnya terhadap kandungan serat dari masing-masing
bahan baku untuk mendapatkan hasil yang berkualitas.