Sabtu, 28 November 2015

latar belakang noken papua

kadungan serat tanaman noken papua

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang
Papua  merupakan  salah satu pulau di Indonesia yang memiliki 256 kelompok suku bangsa dengan 300 bahasa lokal yang tersebar di seluruh pelosok wilayah tersebut. Secara topografi, wilayah masyarakat Papua  terdiri dari dua komunitas yakni masyarakat yang hidup di dataran  rendah,  pinggiran laut, danau dan atau sungai serta masyarakat di dataran tinggi dan lereng-lereng pegunungan Papua.  Namun secara corak produksi dan kesamaan beberapa unsur adat istiadat seperti sistem pemimpin tradisional maka sebaran masyarakat (penduduk) Papua dibagi dalam tujuh (7) wilayah adat.
Tujuh wilayah adat yang dimaksud adalah Mamta (Mamberamo Tami), Saireri (Teluk Cendrawasih), Bomberay (Manokwari Sorong dan sekitarnya), Doberay (Bintuni, Fak-fak dan Mimika), Animha (Asmat, Mappi, Merauke dan sekitarnya), Lapago (Pegunungan Tengah bagian Timur, dari Pegunungan Bintang sampai ke Puncak Papua) dan Meepago (Intan Jaya, Paniai, Deiyai, Dogiyai dan sekitarnya).
Masyarakat Papua yang berada di tujuh wilayah adat tersebut hidup berkomunitas dengan solidaritas yang tinggi serta sederhana dan dengan memanfaatkan unsur alam sekitarnya. Budaya yang dihasilkan oleh masyarakat Papua memiliki keunikan tersendiri. Salah satu produk budaya yang unik dan khas tersebut adalah Noken. Kerajinan ini tersebar di tanah Papua beberapa daerah seperti di Jayapura, Paniai, Wamena, Merauke, Sorong, Biak Manokwari dan pegunungan Bintang dan Puncak Jaya serta daerah lainnya.
Noken merupakan kerajinan tradisional masyarakat Papua berwujud serupa tas bertali yang cara membawanya dikalungkan di leher atau digantungkan pada kepala bagian dahi yang diarahkan ke punggung seperti tas pada umumnya. Noken digunakan untuk membawa barang kebutuhan sehari-hari. Namun Noken tetaplah Noken, bukan tas atau kantong dan sebaliknya tas bukanlah Noken. Jadi Noken merupakan kategori produk kerajinan yang  khas orang Papua. Dewasa ini Noken menjadi ikon budaya dan identitas masyarakat Papua.
Noken memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian dan kesuburan bagi masyarakat Papua terutama di daerah Pegunungan Puncak seperti suku Damal, Yali, Dani, Lani, Mee, Moni, Bauzi, dan beberapa suku yang lainnya. Semula Noken dibuat oleh masyarakat Papua  sebagai wadah atau tempat barang kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Papua umumnya  menggunakan Noken untuk membawa hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian, dan membawa barang dagangan ke pasar. Namun sejatinya, Noken memiliki arti dan fungsi yang lebih luas dan mendalam seperti arti sosial, ekonomi dan budaya.
Produk noken dihasilkan dari serat kayu dan kulit kayu sebagai bahan baku noken. Dari 256 kelompok suku bangsa dengan 300 bahasa lokal yang tersebar di seluruh pelosok wilayah tersebut memiliki nama bahan dasar noken yang berbeda yaitu suku Moni dan Dani menggunakan rumput rawa, rotan, daun-daunan. Untuk daerah Provinsi Papua wilayah Meepago mempunyai bahan dasar noken  yaitu serat tanaman  dari tanaman kulit kayu Damiho, dan serat Epiho dan dihiasi dengan menggunakan kombinasi warna dari serat tanaman anggrek kuning maupun anggrek hitam.
Dalam pembuatan noken dari masing-masing bahan dasar meliputi pencarian kayu di hutan, pemilihan batang tanaman yang masih muda, pemotongan, pengupasan kulit, pencucian, pembagian, pengeringan, penyimpanan selama tiga hari dalam bungkusan daun talas yang masih segar, menguling dan merajut menggunakan kayu kecil yang sudah diruncing. Hal tersebut akan berdampak pada kualitas noken, selain proses pembuatan (pengolahan) yang baik dan terstruktur kualitas noken juga dipengaruhi oleh pemilihan bahan dasar.
Serat pada batang tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba ) dan serat pada batang tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia Lamk ) memiliki Serat yang disebut jaringan atau sel. Jaringan yang terdapat pada kulit kayu adalah jaringan sklerenkim yang terdiri dari senyawa selulosa. Senyawa selulosa tersusun menjadi berlapis-lapis dan diperkuat lagi oleh senyawa polisakarida lain seperti hemiselulosa, paktin dan lignin. Senyawa selulosa memberikan kualitas pada noken ketika noken sedang digunakan oleh pengguna noken.
Pemilihan bahan dasar yang baik sangatlah penting karena akan berpengaruh terhadap kualitas noken. Pada tanaman yang mengalami pertumbuhan sekunder tidak banyak terdapat jaringan sklerenkim dibandingkan pada tanaman yang mengalami pertumbuhan primer. Bahan dasar demikian akan menghasilkan kualitas noken yang khas dan unik dengan menghiaskan kulit dari tanaman anggrek berwarna kuning dan hitam.
Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian mengenai “Analisis Kualitas Noken Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba ) dan Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia Lamk ) Sebagai Produk Khas Dan Unik”. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif pada Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba ) dan Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia Lamk ) di Wilayah Adat Meepago Daerah Provinsi Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar