BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Papua merupakan salah satu
pulau di Indonesia yang memiliki 256 kelompok suku bangsa dengan 300 bahasa
lokal yang tersebar di seluruh pelosok wilayah tersebut. Secara topografi, wilayah masyarakat Papua terdiri dari dua komunitas yakni masyarakat yang hidup di dataran rendah, pinggiran laut, danau dan atau
sungai serta masyarakat di dataran tinggi dan lereng-lereng pegunungan Papua. Namun secara corak produksi dan
kesamaan beberapa unsur adat istiadat seperti sistem pemimpin tradisional maka sebaran masyarakat (penduduk) Papua dibagi dalam tujuh (7) wilayah adat.
Tujuh
wilayah adat yang dimaksud adalah Mamta (Mamberamo Tami), Saireri (Teluk Cendrawasih),
Bomberay (Manokwari Sorong dan sekitarnya), Doberay (Bintuni, Fak-fak dan
Mimika), Animha (Asmat, Mappi, Merauke dan sekitarnya), Lapago (Pegunungan
Tengah bagian Timur, dari Pegunungan Bintang
sampai ke Puncak Papua) dan Meepago (Intan Jaya, Paniai, Deiyai, Dogiyai dan sekitarnya).
Masyarakat
Papua yang berada di tujuh wilayah adat tersebut hidup berkomunitas dengan
solidaritas yang tinggi serta sederhana dan dengan memanfaatkan unsur alam
sekitarnya. Budaya yang
dihasilkan oleh masyarakat Papua memiliki keunikan tersendiri. Salah satu produk budaya yang unik dan khas tersebut adalah Noken. Kerajinan ini tersebar di tanah Papua
beberapa daerah seperti di Jayapura, Paniai, Wamena, Merauke, Sorong, Biak Manokwari dan
pegunungan Bintang dan Puncak Jaya serta daerah lainnya.
Noken
merupakan kerajinan tradisional masyarakat Papua berwujud serupa tas bertali
yang cara membawanya dikalungkan di leher atau digantungkan pada kepala bagian
dahi yang diarahkan ke punggung seperti tas pada umumnya. Noken digunakan untuk membawa barang kebutuhan sehari-hari. Namun
Noken tetaplah Noken, bukan tas atau kantong dan sebaliknya tas bukanlah Noken.
Jadi Noken merupakan kategori produk kerajinan yang khas orang
Papua. Dewasa ini Noken menjadi ikon budaya dan identitas masyarakat Papua.
Noken
memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian dan kesuburan bagi masyarakat
Papua terutama di daerah Pegunungan Puncak seperti suku Damal, Yali, Dani,
Lani, Mee, Moni, Bauzi, dan beberapa suku yang lainnya. Semula Noken dibuat oleh
masyarakat Papua sebagai wadah atau tempat barang kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat Papua umumnya menggunakan Noken untuk membawa hasil pertanian
seperti sayuran, umbi-umbian, dan membawa barang dagangan ke pasar. Namun
sejatinya, Noken memiliki arti dan fungsi yang
lebih luas dan mendalam seperti arti sosial, ekonomi dan budaya.
Produk noken dihasilkan dari serat kayu dan kulit kayu sebagai bahan baku
noken. Dari 256 kelompok suku bangsa dengan
300 bahasa lokal yang tersebar di seluruh pelosok wilayah tersebut memiliki
nama bahan dasar noken yang berbeda yaitu suku Moni dan Dani menggunakan rumput rawa,
rotan, daun-daunan. Untuk daerah Provinsi Papua wilayah
Meepago mempunyai bahan dasar noken
yaitu serat tanaman dari tanaman
kulit kayu Damiho, dan serat Epiho dan dihiasi dengan menggunakan
kombinasi warna dari serat tanaman anggrek kuning maupun anggrek hitam.
Dalam pembuatan noken dari masing-masing bahan dasar meliputi pencarian
kayu di hutan, pemilihan batang tanaman yang masih muda, pemotongan, pengupasan
kulit, pencucian, pembagian, pengeringan, penyimpanan selama tiga hari dalam
bungkusan daun talas yang masih segar, menguling dan merajut menggunakan kayu
kecil yang sudah diruncing. Hal tersebut akan
berdampak pada kualitas noken, selain proses pembuatan (pengolahan) yang baik dan terstruktur kualitas noken juga dipengaruhi oleh pemilihan
bahan dasar.
Serat pada batang tanaman Damiho (Anthocephalus
cadamba ) dan serat pada batang tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia Lamk ) memiliki Serat yang disebut jaringan atau
sel. Jaringan yang terdapat pada kulit kayu adalah jaringan sklerenkim yang
terdiri dari senyawa selulosa. Senyawa selulosa tersusun menjadi berlapis-lapis
dan diperkuat lagi oleh senyawa polisakarida lain seperti hemiselulosa, paktin
dan lignin. Senyawa selulosa memberikan kualitas pada noken ketika noken sedang
digunakan oleh pengguna noken.
Pemilihan bahan dasar yang baik sangatlah penting karena akan berpengaruh
terhadap kualitas noken. Pada tanaman yang mengalami pertumbuhan sekunder tidak
banyak terdapat jaringan sklerenkim dibandingkan pada tanaman yang mengalami
pertumbuhan primer. Bahan dasar demikian akan menghasilkan kualitas noken yang
khas dan unik dengan menghiaskan kulit dari
tanaman anggrek berwarna kuning dan hitam.
Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian mengenai “Analisis Kualitas Noken
Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba )
dan Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia Lamk
) Sebagai Produk Khas Dan Unik”. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif
pada Tanaman Damiho (Anthocephalus cadamba
) dan Tanaman Epiho (Guazuma ulmifolia
Lamk ) di Wilayah Adat Meepago Daerah Provinsi Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar